Kediri - majalahbuser.com, Pemerintah Kabupaten Kediri menggelar simulasi penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud. Bertempat di lapangan Desa Sempu Kecamatan Ngancar (27/5).
Simulasi tersebut bertujuan untuk meminimalisir adanya korban jiwa saat Gunung Kelud meletus. Selain itu untuk pembekalan teknis penanganan awal korban bencana hingga penanganan di pengungsian.
Dalam simulasi ini terdapat sejumlah skenario, mulai dari seluruh warga yang telah bersiap-siap untuk mengungsi dan diangkut menuju mobil evakuasi. Kemudian karena lemah dan tidak kuat berjalan, beberapa warga yang sakit, para lansia dan wanita hamil dibopong petugas, ditandu dan dinaikkan ke dalam kendaraan evakuasi.
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk sosialisasi jika sewaktu-waktu terjadi letusan. Sehingga jika warga dan petugas telah siap, maka tidak terdapat korban jiwa saat bencana terjadi.
Pada kesempatan tersebut Mas Bup juga melakukan pemantauan persiapan Badan Geologi ESDM PVMBG yang berada di kawasan Gunung Kelud, di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras.
Dengan didampingi Kapolres Kediri AKBP Lukman Cahyono, Camat Ngancar Elok Etika dan Kepala BPDD Slamet Turmudi, Mas Bup mengunjungi dan memantau pos pantau Gunung Kelud guna melihat kesiapan alat-alat yang digunakan untuk melihat aktivasi Gunung Kelud.
“Disini kita melihat dan memantau kesiapan pos pantau, sejauh mana keaktifan gunung tersebut. Selain itu nantinya bagaimana langkah yang diambil bila terjadi gejolak Gunung Kelud untuk menginformasikan kepada masyarakat," katanya.
Sementara itu Budi Prianto selaku pengamat Gunung Kelud dari ESDM PVMBG Badan Geologi menjelaskan, hingga saat ini Gunung Kelud dalam kondisi aman, baik suhu kawah ataupun kegempaan. Wisatawan tetap bisa melakukan kunjungan dengan batas-batas tertentu.
Simulasi penanggulangan bencana ini melibatkan semua jajaran, mulai dari TNI, Polri, BPBD, serta instansi terkait. Selain mengutamakan keselamatan korban, kegiatan juga difokuskan pada penanganan terhadap pengungsi, seperti pendataan nama dan jumlah pengungsi, kebutuhan makan, penyimpanan ternak pengungsi, hingga penanganan korban luka – luka.
Rencananya kegiatan ini akan dilakukan secara rutin enam bulan sekali, agar ketika terjadi letusan tidak ada warga yang menolak untuk dievakuasi. (Kominfo/Adv).