Grobogan - Warga Dusun Karangasem Desa Karanganyar Kecamatan Purwodadi, Grobogan dibuat heboh dengan semburan air bercampur material berupa lumpur dan batu di kompleks Yayasan Yatama Grobogan kemarin. Semburan tersebut berawal saat proses pembuatan sumur pada Rabu (26/2) pagi.
Rabu, 26 Februari 2020
Pengurus Yayasan Yatama Grobogan, Kahar Muhroji menyebutkan, proses pengeboran sumur diawali pada hari Rabu (26/2) pagi. Pengeboran tersebut merupakan donasi dari donatur asal Solo sehingga pekerjanya pun didatangkan dari Solo.
"Hari Rabu dimulai pengeboran, sampai kemarin sore tidak ada tanda-tanda sama sekali," kata Kahar saat dikonfirmasi wartawan kemarin.
Jumat, 28 Februari 2020
Sejak dimulai proses pengeboran hingga hari Jumat kemarin, proses pengeboran berjalan lancar. Bahkan kedalam mencapai hingga 60 meter. Tidak ada kejanggalan apapun selama proses pengeboran berlangsung.
Menginjak waktu petang, sekitar pukul 17.30 WIB para pekerja mulai memasang pipa paralon guna saluran air. Hanya saja, saat dilakukan pemasangan pipa, mulai muncul tumpahan air bercampur lumpur dari lubang tersebut.
"Sore setelah pipa diangkat sampai selesai belum ada tanda-tanda ada tekanan yang seperti ini. Kemudian dimasukkan paralon, sore menjelang maghrib waktu dimasukkan paralon, baru ada tumpahan," terangnya.
Sabtu, 29 Februari 2020
Setelah mengetahui terjadinya tumpahan material usai pemasangan pipa paralon, para pekerja pun menghentikan aktivitas pemasangan pipa.
Hingga akhirnya pada Sabtu (29/2) sekitar pukul 06.00 WIB baru diketahui lubang yang sempat terpasang pipa paralon tersebut menyemburkan air dan material campuran.
"Pagi baru ada tekanan. Airnya itu naik sekitar 1 meter. Barulah sampai setinggi ini. Kedalaman sekitar 60 meteran. Ketinggian semburannya mungkin ada 30 sampai 40 meter," paparnya.
Fenomena itu pun menjadikan kehebohan di masyarakat. Hingga sekitar pukul 13.00 WIB Bupati Grobogan Sri Sumarni terjun ke lokasi untuk mengecek kondisi semburan secara langsung.
"Saya takutnya ini seperti Lapindo. Mudah-mudahan nggak mudah-mudahan," kata Sri saat diwawancara wartawan, kemarin.
Berdasarkan keterangan Kahar Muhroji, sejumlah petugas Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah juga telah meninjau lokasi semburan pada Sabtu (29/2) malam.
"Semalam dari ESDM sudah ke sini. Dari ESDM mengetahui ada gas rawa yang terkandung di semburan ini. Gas rawa itu memang ada tekanannya, tapi akan hilang sendiri," jelasnya.
Minggu, 1 Maret 2020
Kahar menyebut semburan air bercampur material lumpur dan batu dari lubang pengeboran sumur tersebut surut pada Minggu (1/3) sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.
"Pagi ini sudah mulai surut. Tidak ada semburan-semburan lagi. Kalau buih-buih seperti air mendidih itu masih ada. Surut mulai jam 1 malam. Saat ini sudah tidak ada lagi," kata Kahar saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, Minggu (1/3).
Kahar menyebut, setelah semburan berhenti ia berencana akan membersihkan sisa-sia material semburan yang mengotori lingkungan sekitar. Terlebih juga mengakibatkan area persawahan dipenuhi dengan lumpur.
"Ya ke depan pembenahan sekitar yang terkena dampak, seperti di sawah yang kena pasir untuk ditata agar tidak mengganggu sekitar," jelasnya.
Sementara itu, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah dan Blora telah memeriksa lubang bekas semburan lumpur di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Keduanya memberi rekomendasi untuk menutup lubang bekas semburan air bercampur material lumpur dan batu itu.
Kepala Bidang Pertambangan Migas Dinas ESDM Blora Teguh Wiyono mengatakan, penutupan terhadap lubang akan dilakukan dengan cara disemen. Hal itu sebagai antisipasi potensi gas rawa yang mengakibatkan semburan air. (sip/sip/detik)