majalahbuser.com, Pembangunan Jalan Tol di Jawa Timur terindikasi tidak melakukan analisis dampak lingkungan (amdal) sosial budaya sebelum mengerjakan proyek jalan tol. Ada tiga proyek ruas jalan tol yang melintas di atas desa kuno Kerajaan Majapahit.
Pertama adalah jalan tol Trans Jawa Jakarta-Surabaya rentang Solo-Mojokerto. Di Desa Sido Rejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Jalan tol dibangun di atas situs Mangiran yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.
"Tol Saradan itu situs permukiman juga, ditemukan struktur bata dan kolam kecil di sana. Kita lakukan eskavasi di sana dan rekomendasinya dibangun flyover sampai sekarang. Itu tahun 2012 dibangun fly over," kata Arkeolog Badan Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Wicaksono Dwi Nugroho, Selasa, 12 Maret 2019.
Proyek jalan tol lainnya yang melewati situs Desa Kuno adalah proyek jalan tol Gempol-Pandaan. Jalan tol dibangun melewati situs pemandian kuno yang kemudian disebut situs Beji karena berada di Desa Gunung Gangsir, Beji, Pasuruan.
"Di situ kami juga melakukan penelitian kemudian melakukan eskavasi. Rekomendasinya juga sama, membangun flyover itu juga tahun 2012. Jadi di Jawa Timur sudah ada dua yang melintasi desa kuno, Ruas Saradan dan Ruas Beji," ujar Wicakasono.
Kemudian yang paling baru adalah Situs Sekaran, situs yang ditemukan di kilometer 37 atau seksi lima proyek Jalan Tol Malang-Pandaan di Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang. Situs ini sedang dieskavasi oleh BPCB Trowulan.
Rekomendasi akan keluar setelah proses eskavasi dan penilaian cagar budaya selesai dilakukan. Ada dua kemungkinan, yakni membuat flyover atau menggeser jalan tol ke arah timur mendekati sungai agar tidak merusak situs warisan leluhur.
"Jadi kita ukur seberapa besar temuan situs ini. Kalau ruas Saradan dan Beji memang dibangun flyover. Tapi ini nanti rekomendasi akan keluar setelah eskavasi rampung," tutur Wicaksono.
Sementara itu, PT Jasamarga Pandaan-Malang selaku pihak pembangun proyek jalan tol mengisyaratkan bakal mengubah jalur tol, menyusul penemuan situs Sekaran. Proses pembangunan konstruksi pun telah dihentikan agar tak merusak proses eskavasi.
"Masih memungkingkan diubah. Jika memang rekomendasi BPCB harus mengubah jalan demi kepentingan Situs Sekaran, jalan tol bakal digeser 10 meter ke arah timur. Karena kita melihat ini situs budaya, bisa digeser ke arah sungai. Nantinya jalan tol bakal lurus dengan jembatan. Antisipasi kemiringan sungai nanti ada penguatan dinding penahan tanah semacam turap," ujar General Manager Teknik PT Jasa Marga, M Jajuli. (ase/viva)