Magelang - majalahbuser.com, Teori yang didapat dibangku sekolah sepertinya kurang bisa menjadi bekal untuk menapaki kehidupan nyata yang ada. Karena itulah SMA Kolese de Britto, salah satu sekolah unggulan yang berada di Jogjakarta mengadakan Livein atau pengalaman hidup nyata.
Bertempat di Pondok Pesantren Selamat, Perum Depkes Kota Magelang, sekolah yang dikelola yayasan Katolik itu mengadakan Live In selama tiga hari (23-25 Oktober 2018).
"Kita belajar hidup bersosialisasi dan bermasyarakat dalam kebhinekaan beragama, karena itulah dunia pesantren yang kita pilih, kita ingin melihat dan merasakan secara langsung bagaimana kehidupan seorang santri, bagaimana kehidupan mereka selama berada di pondok" papar Agung, yang menjadi perwakilan de Britto.
Sementara itu salah satu pengurus dan pengasuh Pondok Pesantren Selamat, Lukmanudin juga merasa sangat senang dengan adanya kunjungan livein dari SMA de Britto.
"Alhamdulillah, para santri di sini juga bisa mengenal keberagaman keagamaan, jadi kelak para santri tidak menjadi pribadi yang kageta atau gumunan, mereka bisa bertukar pengalaman dengan sekitar 16 siswa de Britto yang livein di pondok ini," kata Lukman.
SMA Kolese de Britto yang didirikan pada 19 Agustus 1948, oleh para rohaniwan dari Serikat Jesuit pada saat itu, sekarang memang menjadi sekolah yang terbilang unik, karena tidak ada tuntutan memakai seragam bagi para siswanya dan siswa juga bebas berambut panjang.
SMA Kolese de Britto diasuh oleh Serikat Jesuit yang terletak di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dibangun di atas tanah seluas 32.450 m2.
SMA ini termasuk salah satu SMA favorit di Yogyakarta dan terkenal karena prestasi di bidang akademis dan intelektual, olahraga, dan bidang non-akademis lainnya.
SMA de Britto menganut pendidikan homogen, dalam arti semua siswanya adalah putra. Hal inilah yang sedikit banyak memberikan ciri khas pada suasana dan hasil belajar mengajar de Britto.
Siswa de Britto berjumlah kurang lebih 700 siswa, yang hampir 50%-nya adalah anak kost. Dari jumlah anak yang kost, sebagian besar siswa berasal dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jabotabek, dan DIY sendiri. Sementara sisanya berasal tersebar di hampir seluruh Indonesia, aantara lain, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua.
Dari segi agama, mayoritas siswa de Britto menganut agama Katolik, namun ada juga siswa-siswa yang menganut agama Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha. (hm/herlit)