majalahbuser.com - Jumlah korban meninggal akibat gempa 7,0 Skala Richter di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu, 5 Agustus 2018, terus bertambah. Dari data terbaru, 37 orang meninggal dunia.
"Sampai saat ini yang terupdate 37 orang meninggal," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB, Muhammad Rum, dalam wawancara dengan tvOne, Senin dini hari 6 Agustus 2018.
Rum menuturkan para korban itu tersebar di banyak wilayah antara lain Lombok Utara, Lombok Barat, Mataram, dan Lombok Timur.
"Sebagian besar karena tertimba tembok runtuh," kata Rum lagi.
Meski demikian, dia tetap mengimbau masyarakat agar tetap tenang. Alasannya, peringatan dini terkait potensi terjadinya tsunami sudah dicabut.
"Gempa kerap terjadi, warga agar menjauh dari sesuatu yang mudah runtuh atau tembok-tembok, gedung-gedung lainnya, juga tiang listrik," kata dia.
Ini Pemicu Gempa 7 SR di Lombok NTB
Gempa berkekuatan 7 SR yang mengguncang Lombok Utara, NTB adalah gempa dangkal. BMKG mengungkap pemicu gempa tersebut.
"Dengan memperhatikan kondisi episenter, hiposenter, mekanisme sumbernya maka gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas patahan naik atau sesar naik Flores," kata Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di Kantor BMKG, Jl Angkasa I, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (5/8/2018).
Gempa ini terjadi pada pukul 18.46 WIB dengan kekuatan 7 SR pada kedalaman 15 km. Pusat gempa 18 km Barat Laut Lombok Timur NTB.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik," ungkapya.
Gempa 7 SR ini merupakan satu rangkaian dengan gempa 6,4 SR pekan lalu yang berpusat di Lombok Timur. Gempa hari ini adalah gempa bumi utama.
"Mengingat episenter atau pusat gempanya relatif sama dengan gempa bumi pada 29 Juli 2018 lalu, maka BMKG menyatakan bahwa gempa bumi ini yang baru saja terjadi merupakan gempa bumi utama atau main shock," jelas Dwikorita. (viva/detik/bsr1)