Surabaya – Kepolisian dalam hal tim Detasemen Khusus 88 Antiteror meringkus tiga pelaku terduga teroris di sejumlah wilayah Jawa Timur.
Ketiganya disebut-sebut merupakan jaringan teror Abu Jandal dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang terafiliasi kelompok ISIS asal Indonesia.
"Mereka termasuk dalam kelompok jaringan Abu Jandal. Bergabung dengan ISIS di Suriah sebagai FTF dan sudah mengikuti Tadrib Askari dan Ribath," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Muhammad Iqbal, kepada wartawan, Sabtu 9 Desember 2017.
Iqbal mengatakan, ketiga terduga pelaku ini ditangkap dari wilayah berbeda. Seorang pria berinisial PDP alias I ditangkap aparat di Jalan Raya Sumorame Sidoarjo pada pukul 07.15 WIB. Dan dua pria lagi MMG alias AF alias D, dan KRAK alias K alias AU.
Iqbal menyatakan, I termasuk dalam kelompok JAT, yang diketahui pernah ikut bersama-sama teroris Isnaini Ramadhoni merencanakan serangan di Surabaya.
"Merencanakan pemboman kantor polisi di Surabaya pada tahun 2014. Berperan membeli dan menyiapkan bahan-bahan bom, seperti asam nitrat, aseton, Le nitrat, gelas takar, SCR, dan kertas saring," kata dia.
Iqbal mengatakan, operasi tersebut merupakan pengembangan yang dilakukan tim Densus 88. Apalagi, tambah dia, semakin banyak teror di beberapa negara dilakukan oleh kelompok yang sama.
"Pencegahan terhadap aksi teror yang direncanakan oleh jaringan teror mengingat adanya kejadian di beberapa negara lain," kata dia.
Satu Pria Ditangkap Densus 88 Dikenal Berbisnis Herbal
Tim Detasemen Khusus Antiteror 88 dikabarkan mengamankan seorang pria berinisial MM alias DN di sebuah rumah Jalan Ampel Kembang, Kelurahan Ampel, Semampir, Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu, 9 Desember 2017. Oleh warga setempat, DN dikenal giat dalam aktivitas keagamaan dan berbisnis herbal.
"Orangnya baik, kadang mengimami salat di masjid-masjid sekitar sini. Orang sini tahunya dia bekerja herbal," kata Novel Salim, warga sekitar rumah DN kepada wartawan di lokasi.
Dia menjelaskan, DN semula tinggal di Kalibaru, tak jauh dari kampung Ampel. Sejak lima tahunan lalu, DN baru tinggal di Ampel Kembang. Novel mengaku tidak tahu apakah rumah yang ditinggal adalah kontrakan atau hasil membeli. "Sudah lama tinggal di sini," tuturnya.
Sehari-hari, lanjut Novel, tidak ada gelagat mencurigakan dari sikap DN maupun anggota keluarganya. Dengan warga kampung bersosialisasi seperti warga lain. Sering pula membantu kegiatan di kampung. "Makanya saya bingung katanya kok dibawa Densus," ucapnya.
Hingga kini, gang masuk menuju rumah DN dijaga oleh puluhan personel polisi berpakaian sipil dan berseragam lengkap. Aparat mencegah warga luar kampung mendekat ke rumah DN.
Belum ada pernyataan resmi dari kepolisian apakah DN diamankan karena berhubungan dengan kelompok teroris atau perkara lain.
Informasi diperoleh, DN diamankan dan dibawa tim Densus 88 pada Sabtu sehabis salat subuh. Kepala Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak, Ajun Komisaris Besar Polisi Ronny Suseno, tidak membenarkan maupun membantah apakah penindakan itu terkait terorisme.
Tapi, dia membenarkan diminta bantuan pengamanan. "Iya, mas," katanya dikonfirmasi wartawan.
Namun, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Muhammad Iqbal, kepada wartawan, Sabtu 9 Desember 2017, mengatakan, dari tiga terduga teroris yang diamankan di Jawa Timur, disebut-sebut merupakan jaringan teror Abu Jandal dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang terafiliasi kelompok ISIS asal Indonesia.
Mereka yang diamankan adalah PDP alias I, ditangkap aparat di Jalan Raya Sumorame Sidoarjo pada pukul 07.15 WIB. Dan dua pria lagi MMG alias AF alias D, dan KRAK alias K alias AU
"Mereka termasuk dalam kelompok jaringan Abu Jandal. Bergabung dengan ISIS di Suriah sebagai FTF dan sudah mengikuti Tadrib Askari dan Ribath," kata Muhammad Iqbal, kepada wartawan, Sabtu 9 Desember 2017. (viva/bsr1)