Karangasem – Glow atau sinar api di puncak kawah Gunung Agung semakin terlihat mengecil. Sebelumnya, sinar api tampak terang benderang bersamaan dengan asap kelabu yang membumbung tinggi saat erupsi terjadi.
Saatini di puncak kawah hanya terpantau asap tipis dengan intensitas lemah setinggi 500-1.000 meter.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menjelaskan, saat sinar api terpantau terang, kemungkinan magma masih begitu aktif.
Devy memperkirakan suhu panas lava di permukaan mencapai 900-1.200 derajat Celsius. Saat ini, Devy memprediksi kemungkinan panas lava di permukaan turun drastis.
"Kalau sekarang glow-nya atau sinar api itu tipis kelihatan. Masih terlihat, cuma lebih kecil intensitasnya. Artinya, area panasnya lebih sedikit. Apakah kemungkinan sisanya (lava di kawah) sudah mendingin," kata Devy di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu, 3 Desember 2017.
Hanya saja, Devy melanjutkan, hingga kini masih terdeteksi adanya pergerakan magma di kedalaman dangkal. Hal itu terdeteksi dengan masih terekamnya gempa low frekuensi.
"Low frekuensi itu mengindikasikan adanya pergerakan magma dari kedalaman dangkal. Lava sudah di permukaan," ujarnya.
Saat ini, di mana sumbat lava sudah dihancurkan, di atas kawah terdengar suara nyaring seperti suling. "Itu resonansi yang terjadi seperti ditiup. Isinya bukan gas saja, tapi juga magma. Saat magma naik ke atas, pipanya goyang," ucapnya.
"Kita sedang cari tahu apakah lavanya membeku di permukaan tapi di bawahnya terjadi akumulasi atau tidak," Devy menambahkan. (viva/ase/bsr1)