Jakarta - Dalam sebulan publik dikejutkan oleh dua kejadian salah tembak oleh anggota Polri. Pertama adalah aksi koboi Brigadir K yang menembak mobil berisi satu keluarga. Yang kedua adalah Aiptu BS, yang tidak sengaja menembak anak kandungnya karena dikira maling.
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri menyarankan Komisi III DPR RI mengaudit penggunaan senjata api pada instansi Polri.
"Komisi III DPR harusnya ada audit senjata secara berkala. Ada senjata sekian, peluru sekian, kan ada pajak. Harus ada pertanggungjawaban," kata Reza dalam diskusi Dialog Polri di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (27/4/2017).
Dia menambahkan, setiap peluru harus dipertanggungjawabkan penggunaannya. Misalnya, siapa saja korban yang ditembak dan apa dampaknya. Harus ada alasan jelas setiap peluru dikeluarkan untuk apa dan dalam kondisi seperti apa.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian ini mengungkapkan ada tiga hal yang menjadi ujung tombak reformasi Polri. Tiga hal itu adalah SDM, Lemdikpol, dan humas. Menurutnya, Polri juga harus tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia. "Amunisi terdahsyat adalah kesantunan dan junjung tinggi HAM," imbuhnya.
Jika nantinya hasil audit itu menunjukkan bahwa penyalahgunaan senjata api semakin tinggi, Komisi III bisa menurunkan untuk senjata api itu. "Kalau hasil audit menyebutkan penggunaan senpi nggak bisa dipertanggungjawabkan, turunkan anggaran senpi. Kalau nggak, penyalahgunaan senpi akan tinggi," pungkasnya.
Polisi yang Tembak Anaknya Sendiri Alami Trauma
Aipda Bekti Sutikno, anggota kepolisian di Kota Bengkulu yang menembak anaknya sendiri Bagas Alvravigo, langsung menyerahkan senjatanya ke petugas usai insiden penembakan yang terjadi pada Rabu dini hari, 26 April 2017.
Bekti mengaku tak sengaja menembak putranya. Remaja 14 tahun itu pun tewas. Usai menembak anaknya, Bekti dilaporkan mengalami trauma dan penyesalan mendalam. "Pelaku telah menyerahkan senjata apinya yang digunakan untuk menembak," kata Kapolres Kota Bengkulu AKBP Ardian Indra Nurinta.
Kejadian penembakan ini bermula ketika bocah yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama itu hendak pulang ke rumah pada dini hari. Namun, Aipda Bekti Sutikno justru curiga bahwa itu adalah pencuri. Karena itu ia melepaskan senjata apinya, dan tepat mengenai bahu korban.
Seketika, Bagas limbung bersimbah darah. Melihat itu, Aipda Bekti pun tersadar jika yang ditembaknya ternyata putranya sendiri. Korban pun dilarikan ke rumah sakit. Namun malang tak dapat ditolak, Bagas menghembuskan napas terakhirnya. Kini, proses autopsi terhadap Bagas masih berlangsung dan ditangani langsung oleh tim Forensik dari Mabes Polri.
Kasus Polisi Tembak Mobil, Kapolda Sumsel: Kapolres Tidak Terlibat!
Palembang - Kapolda Sumatera Selatan Irjen Agung Budi Maryoto memastikan tidak ada keterlibatan Kapolres Lubuklinggau AKBP Hajat Mabrur Bujangga terkait penembakan oleh anggotanya saat melaksanakan razia yang berujung maut di Lubuklinggau.
"Tidak ada keterlibatan (Kapolres Lubuklinggau), jadi tidak akan diganti. Tersangkanya sementara tunggal itu saja (Brigadir K)," ujar Agung Budi Maryoto di Mapolda Sumsel setelah merilis penangkapan narkoba oleh BNN, Kamis (27/4/2017).
Saat ini, tim penyidik Polda Sumsel sedang melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap Brigadir K, termasuk para penumpang dan pengemudi yang kabur saat razia hingga menewaskan dua penumpang mobil Honda City yang dikemudikan Gatot Sundari alias Diki (30) itu. Razia saat itu dilakukan di pertigaan Jalan Fatmawati, Kecamatan Lubuklinggau Timur I (Lingkar Utara).
Saat ini penyidik telah memeriksa sebelas saksi yang berada di lokasi kejadian. Kesebelas saksi tersebut merupakan anggota kepolisian yang ikut melaksanakan razia di bawah pimpinan Kapolsek Lubuklinggau Timur I AKP M Ismail.
Akibat insiden itu, Brigadir K, yang merupakan anggota Sabhara Polres Lubuklinggau, ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolda Sumsel, setelah melepaskan tembakan saat mengejar mobil yang ditumpangi delapan orang tersebut. Surini (54) tewas di lokasi penembakan, Jalan Moh. Soeharto, akibat tertembus timah panas di bagian dada, perut, dan paha.
Selain Surini, korban tewas lain adalah indra (33). Indra mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH), Palembang, Senin (24/4) subuh, setelah tertembus peluru di bagian leher tulang belakang hingga tenggorokan dan menjalani perawatan intensif selama enam hari. (detik/viva/bsr1)