Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menghentikan kerja sama militer Indonesia dan Australia akibat simbol negara yang diplesetkan. Rencana tersebut dinilai sebagai sebuah peringatan agar Australia tidak berulah kembali.
"Ini mesti ada cooling down. Supaya mereka menyadari pentingnya hubungan kedua belah pihak," kata pengamat intelijen dan militer Universitas Indonesia, Wawan H. Purwanto, Kamis (5/1/2017) malam.
Wawan menilai perlu ada evaluasi kerja sama di kedua belah pihak antara Indonesia dan Australia. Menurutnya, perbedaan kultur antara Indonesia dan Australia menjadi penyebab reaksi gejolak adanya plesetan simbol negara oleh negara tetangga itu.
"Di masyarakat terjadi, adanya gejolak, adanya pemikiran yang berbeda. Nah ini karena semua beda kultur, mungkin bagi mereka biasa, bagi kita belum tentu. Oleh karenanya, ini harus sama-sama introspeksi dan nantinya juga kan pulih lagi. Nanti, karena mengingatkan bahwa menjadi ini menjadi kewajiban bersama," tutur Wawan.
Ketegangan Australia dan Indonesia bukan hanya terjadi kali ini. Tercatat, ketegangan kedua negara pertama kali terjadi pada 1999. Saat itu, Australia menuding Kopassus melanggar hak asasi manusia (HAM) di Timor Timur.
Pada 2013, TNI juga pernah memutuskan kerja sama dengan Australia. Pemutusan kerja sama tersebut dilakukan akibat ulah Negeri Kanguru menyadap komunikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membenarkan rencana penghentian kerja sama militer antara Indonesia dan Australia. Kerja sama militer ini diputus karena insiden penghinaan terhadap Pancasila dalam pelatihan di barak Campbell di Kota Perth.
"Tentang-tentara yang dulu, Timor Leste, Papua juga harus merdeka, dan tentang Pancasila yang diplesetkan jadi Pancagila," ujar Gatot kepada wartawan di Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (5/1).
Terpisah, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menyebut langkah penghentian kerja sama tersebut sudah tepat.
"Panglima sudah tepatlah menghentikan itu (kerja sama militer)," ujar Sutiyoso usai menghadiri tasyakuran Partai Idaman di Komplek Studio Soneta Record, Jalan Tole Iskandar, Depok, Jawa Barat, Minggu (8/1/2017).
Sutiyoso menyebut pelesetan tersebut merupakan bentuk penghinaan terhadap negara Indonesia. Apalagi, kata Sutiyoso, tindakan itu kerap dilakukan oleh Australia. "Itu tidak hanya sekali, saat saya masih aktif sering terjadi hal-hal seperti itu. Menghina kita itu," tegas dia.
"Jadi sekali lagi kerja sama itu harus saling menghormati gitu. Apabila itu dilanggar, tinggalkan saja, jangan ragu. Saya setuju dengan sikap panglima TNI," ucap dia.
(berbagai sumber/bsr1)