Jakarta - Menkum HAM, Yasonna H Laoly menyebutkan masih ada 179 penghuni Rutan Pekanbaru yang belum kembali. Dia minta para penghuni Rutan untuk menyerahkan diri.
"Saya berharap kepada orang-orang yang masih di luar supaya kembali. Dari pada dikejar-kejar polisi, lebih baik kembali saja," kata Yasonna.
Dia menyebut, hingga Minggu (7/5/2017) siang hari, masih ada 179 penghuni Rutan yang belum kembali.
"Yang lari lebih dari 400-san orang. Yang belum kembali 179 orang. Mereka ada yang ditangkap, ada juga yang menyerahkan diri," kata Yasonna.
Lantas apakah mereka yang kabur akan mendapat hukum baru, Yasonna menyebutkan tidak akan penambahan hukuman.
"Ya mereka yang lari, nanti tidak dapat remisi, itu saja. Tidak ada penambahan hukuman lagi," katanya.
"Lebih bagus kembali saja. Mereka yang keluar, nantinya akan kita rotasi ke tempat lain" kata Yasona.
Dia menyebut, pelarian tahanan yang terjadi di Pekanbaru merupakan terbesar di Indonesia.
"Ini pasti ada perencanaan yang matang. Mereka pilih waktu saat salat jumat. Siapa otak pelakunya, nanti akan kita cari. Yang penting mereka kembali dulu," katanya.
Sebelumnya, ratusan narapidana melarikan diri dengan membobol pintu tahanan Rutan Pekanbaru. Mereka kabur saat hendak izin beribadah salat Jumat. Aksi tersebut sempat meresahkan masyarakat setempat, karena kerap bersembunyi dan berlarian ke rumah warga di sekitaran rutan.
Kekecewaan dan ketidakadilan akibat pungutan liar di Rutan Pekanbaru membuat tahanan di blok B berontak. Diduga, aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes penghuni lapas kepada para petugas.
Di antaranya, keluhan tentang kondisi rutan yang melebihi kapasitas--yang seharusnya diisi oleh 369 penghuni, namun dijejal dengan 1.800 penghuni, lalu perlakuan tidak adil dari para sipir, dan aturan yang mempersulit mereka untuk dijenguk keluarga.
"Semua alasan ini masih didalami. Ini petugas dari TNI masih berdialog dengan para napi. Listrik dan air juga sudah dinyalakan. Makanan juga dibagikan," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Riau Kombes Pol Guntur Aryo Tejo.
Berdasarkan keterangan penghuni rutan, akar permasalahan juga terjadi karena mereka sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari petugas jaga bernama Wira dan Taufik.
Mereka juga merasa sering dimintai pungutan liar untuk membayar listrik dan air. Aktivitas ibadah mereka juga dibatasi. Saat jam besuk, keluarga tahanan juga kerap dimintai pungli.
Namun demikian, Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, I Wayan Dusak, Jumat (5/5), belum membenarkan keterangan tersebut. Saat ini, Dusak masih menelusuri penyebab kemarahan napi yang kompak kabur massal tersebut. (detik/bsr1)