Jakarta - Pemerintah mengimpor beras 500.000 ton beras. Dari total jumlah itu, Bulog akan mengimpor 346.000 ton. Pasokan beras tersebut tak hanya berasal dari Vietnam dan Thailand,tapi juga dari India dan Pakistan. Rencananya, setelah mendapat perintah mengucurkan beras impor, Bulog akan menjualnya di bawah harga eceran tertinggi (HET).
"Kita jualnya sekitar Rp 8.000/kilogram (kg)," ujar Direktur Pengadaan Bulog Andrianto Wahyu Adi, kepada detikFinance, Senin (22/1/2018).
Saat ini, HET beras medium Rp 9.450/kg, sedang beras premium dijual Rp 12.800/kg. Adapun beras impor tahap pertama akan masuk Indonesia pada awal Februari 2018. Beras itu berasal dari Vietnam sebanyak 70.000 ton.
Andrianto menjelaskan, mayoritas beras impor dipasok Bulog berasal dari Vietnam, yaitu 141.000 ton Rinciannya, dari Vietnam Utara mensuplai 71.000 ton dan Vietnam Selatan 70.000 ton. Kemudian dari Thailand ada 3 suplier masing-masing 40.000 ton, India 20.000 ton, Pakistan 50.000 ton dan 15.000 ton.
Andrianto menambahkan, dalam pelaksanaannya Bulog akan mengimpor 346.000 ton, dari total yang direncanakan 500.000 ton. Ini karena kesepakatan dengan beberapa eksportir hanya bisa mencapai jumlah tersebut. Adapun pengiriman tahap awal sebanyak 70.000 ton dari Vietnam.
"Habis ini, bid closed. Kami enggak kejar lagi. Proses, bila ada, mulai lagi dari awal dengan penugasan baru," terang Andrianto.
Soal Data Stok Beras, Mentan: Jangan Diributkan!
Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, mengatakan permasalahan data stok beras memang kerap dipersoalkan. Dia menuturkan, permasalahan data sebenarnya merupakan kewenangan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
"Sejak kapan data tidak gaduh? Pernah enggak? Iya kan. Data itu kita kan punya wilayah masing-masing, itu kan BPS. Satu pintu BPS yang keluarkan data. Jangan yang tidak punya kompeten yang ingin seakan-akan lebih tau data," jelasnya saat panen raya di Brojonegoro, Jawa Timur, Senin (22/1/2018).
Amran mengatakan, sejak dulu data memang kerap dipersoalkan banyak pihak hingga menjadi gaduh. Dia mencontohkan soal permasalahan data jagung beberapa waktu lalu.
"Masih ingat enggak? Data jagung dulu itu sempat dipermasalahi. Kami dulu didemo, hari ini kita sudah wariskan ekspor untuk generasi kita. Dulu Rp 12 triliun kita impor dari Amerika dan Argentina, hari ini kita tidak impor berkat kerja keras," katanya.
Oleh sebab itu, Amran mengatakan agar tidak meributkan persoalan data yang saat ini terjadi. Yang terpenting, kata Amran, ialah memenuhi stok beras yang saat ini berkurang.
"Jangan masalah data diributkan. Sekarang persoalannya apa? Sekarang stok menipis, stok cuma 900.000 ton. Solusinya apa? Panen, serahkan ke Bulog. Selesai kan, hanya 100.000 tob. Bulog biasa menyerap 400.000-600.000 ton per bulan. Artinya mari kita bergandengan tangan, ini persoalan kecil, tapi bisa diselesaikan dengan waktu yang singkat," pungkasnya. (zlf/hns/detik)