Jakarta - Pentolan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora, muncul lagi dengan melakukan mutilasi terhadap warga dan menembaki polisi di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Kini Satgas Timombala Polda dikerahkan untuk mengejar Ali Kalora cs.
Penampilan Ali Kalora terbaru terlihat berbeda dibanding saat diburu dulu ketika MIT masih dipimpin Santoso. Ali Kalora kini terlihat tak lagi berjanggut panjang seperti dulu. Dia disebut bersembunyi di hutan pegunungan yang ada di wilayah Sulteng.
Tentunya penampakan Ali Kalora ini penting untuk diketahui warga sekitar, mengingat Ali Kalora masuk daftar pencarian orang (DPO) kepolisian. Masyarakat yang melihat bisa langsung memberi informasi ke polisi.
Polisi sendiri telah menemukan bom hingga amunisi senjata api dalam perburuan mengejar Ali Kalora cs. Benda-benda tersebut ditemukan di sekitar lokasi penemuan tubuh penambang emas tradisional, A (34), yang diduga dibunuh kelompok tersebut.
"Tiga buah bom lontong, 1 buah teropong siang, 3 buah sendok makan, 3 stoples plastik kecil berisi 9 biji buah kurma dicampur kue, 2 amunisi aktif kaliber 5,56, 7 selongsong amunisi kaliber 5,56," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo dalam keterangan tertulis, Selasa (1/1).
Sebelumnya, Seorang penambang emas di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah tewas dimutilasi. Kepala korban ditemukan warga terpisah dari tubuhnya. Polisi yang mendapat laporan kejadian itu lalu melakukan penyelidikan.
Potongan kepala korban berinisial A ditemukan warga pada Minggu (30/12) sekitar pukul 11.00 Wita oleh dua orang warga di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong. Korban adalah pekerja tambang emas tradisional di desa tersebut.
Sehari kemudian anggota Polres Parigi Moutong melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Setelah olah TKP, mereka diserang dengan rentetan tembakan. Dua anggota polisi yaitu Bripda Baso dan Bripka Andrew tertembak.
"Benar ada kejadian anggota kami dihadang dan ditembak saat mengevakuasi korban mutilasi," kata Wakapolda Sulteng Kombes Setyo Boedi Moempoeni Harso pada Senin (31/12/2018).
Sebelum tertembak, kedua polisi itu sempat berhenti. Mereka berniat menyingkirkan batang pohon yang tersusun dan menghalangi jalan.
"Pada saat melintas lokasi, Bripda Baso melihat ranting pohon yang disusun berjajar di tengah jalan dan adanya ranting besar yang melintang di tengah jalan, saat itu Bripda Baso yang berboncengan dengan Bripka Andrew akan membersihkan ranting tersebut, agar kendaraan yang digunakannya bisa melewati jalan tersebut," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (31/12/2018).
Tak berselang lama, Bripka Andrew dan rombongan ditembaki dari arah gunung. Rombongan polisi yang ada di belakang kedua korban langsung memberikan tembakan balasan ke arah pelaku.
"Tim yang berada di belakang (Bripka Andrew dan Bripda Baso) saat itu langsung memberikan tembakan balasan ke arah punggung gunung dan lereng gunung guna mengamankan TKP kontak tembak. Agar tim bisa mengevakuasi rekan yang terkena tembak," ujar Dedi.
Kontak tembak itu berlangsung sekitar 30 menit. Setelah itu, kedua polisi yang jadi korban langsung diselamatkan dan dibawa ke puskesmas. Sementara pelaku penembakan yang diduga kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) eks anggota Santoso itu masih diburu.
"Pelakunya adalah kelompok DPO MIT Poso yang dipimpin Ali Kalora cs," ucap Dedi. (detik/bsr1)