Jakarta - Saat ini sedang terjadi wabah virus corona yang menghebohkan seluruh dunia. Tercatat hingga kini kasus virus corona telah menginfeksi 830 kasus di seluruh dunia dan 25 orang di antaranya meninggal dunia. Lalu apakah virus corona berbahaya dan mematikan?
"Tidak (mematikan-red), apalagi ini bukan human corona sebenarnya. Kalau human corona rata-rata lebih agresif, lebih cepat meninggalnya, ini tidak," sebut Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi dari RS Ciptomangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, saat dijumpai di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).
Sampai saat ini tingkat mortalitas atau kematian akibat virus corona masih terbilang rendah. Dari sekian ratus pasien yang menjalani perawatan, persentase kematian masih rendah dan banyak pasien sudah dipulangkan atau rawat jalan.
Apabila dibandingkan dengan flu burung dengan jumlah kematian mencapai 87 persen dari pasien yang menjalani perawatan dan SARS sekitar 60 persen, virus 2019-nCoV masih terbilang jauh dari angka tersebut.
"Untuk nCoV itu kalau kita lihat nggak sampai 5 persen kematiannya dan itupun kematiannya tidak dapat dikaitkan langsung dengan virus ini karena diduga meninggalnya justru karena komorbid atau penyakit penyerta yang sudah ada di pasien," kata dr Erlina Burhan, SpP, spesialis paru dari RS Pusat Persahabatan pada kesempatan yang sama.
Meski angka kematiannya cukup rendah, saat ini yang diwaspadai adalah penularannya. Mengingat mobilitas manusia saat ini cukup cepat yang membuat kasus infeksi makin tinggi.
Tips dari RSHS Bandung Agar Tak Tertular Virus Corona
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung tengah mewaspadai wabah virus corona. Meski berbahaya karena menyebabkan kematian, virus tersebut bisa dihindari penularannya. Begini tipsnya.
Wakil Ketua Tim Penanganan Infeksi Khusus RSHS Bandung, Anggraeni Alam mengatakan gejala virus corona hampir sama dengan SARS. Pasien yang terjangkit akan mengalami demam, gangguan pernafasan, batuk pilek hingga nyeri tenggorokan.
"Jadi virus corona ini saudaranya SARS. Gejalanya saya hanya penyebabnya saja yang berbeda, karena ini juga virus baru," kata Anggraeni kepada wartawan di RSHS Bandung, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jumat (24/1/2020).
Ia menuturkan berdasarkan kasus yang terjadi di Wuhan, Tiongkok, virus corona menular melalui antarmanusia melalui udara. Sehingga, sambung dia, masyarakat perlu waspada dengan penularannya.
"Penularan virus ini lewat udara. Penyakit ini punya inkubasi selama 14 hari," ungkap dia.
Ia berbagi tips untuk masyarakat agar terhindar dari penyebaran virus tersebut. Caranya dengan menyediakan masker ketika beraktivitas di luar terutama bepergian menggunakan transportasi massal seperti pesawat, kereta.
"Sebisa mungkin menghindari kalau ada yang sakit batuk pilek, pakai masker (tapi ganti teratur). Biasakan pola hidup sehat juga, minimal cuci tangan sebelum makan atau apapun itu," jelas dia.
Menurutnya perlu diwaspadai adanya kerabat yang baru mengunjungi negara-negara terdeteksi terdapat pasien virus corona.
"Tentu kami juga dalam penanganan kalau ada pasien yang mengalami gejala (corona), kita lihat faktor lainnya seperti sempat bepergian ke China atau tidak. Itu jadi proses screening bagi kami," ujar Anggraeni. (detikhealth)