Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Semarang, - Tahun baru Islam atau dikenal dengan malam Satu Suro menjadi berkah tersendiri bagi Ndaru Handoko Aji (41) warga Jl Batan Timur, Semarang. Ia kebanjiran order membersihkan atau menjamas keris pusaka.

Di rumah sederhananya, Ndaru terlihat sibuk mengoleskan minyak menggunakan kuas kecil ke keris hitam bernama Senglat peninggalan jaman Mataram pada masa panembahan Senopati abad 17 milik seorang kolektor.
Kamis, 15 Nopember 2012

Berkah Malam Satu Suro Bagi Pembersih Benda Pusaka
Dengan tekun ia mencelupkan kuas kecilnya ke sebuah wadah kecil berisi ramuan minyak lalu dioleskannya ke sekujur keris.

"Ini minyak keris yang diramu dari bunga mawar, melati, kayu cendana, bunga kantil, kenanga dan kelapa gading," kata Ndaru di rumahnya, Rabu (14/11/2012).

Selama ini, dalam sebulan Ndaru menjamas 50 sampai 100 keris, namun setiap tahun baru Islam, selama satu bulan ia mampu mengusap-usap 500 hingga 700 benda pusaka yang mayoritas keris.

"Sekarang mencapai 500-700 pusaka dalam sebulan selama bulan Suro," tandas Ndaru.

"Jasa menjamas satu keris saya beri Rp 35 ribu sampai Rp 50 ribu," imbuhnya.

Menurut Ndaru, di Semarang, Yogyakarta, Solo dan Jakarta, tradisi membersihkan benda pusaka pada bulan Syuro rutin dilakukan tiap tahunnya karena benda pusaka yang dianggap suci harus bersih saat bulan Syuro yang suci.

"Kalau Cirebon, Banten dan daerah Barat lainnya, biasanya pada bulan Rabiul Awal atau Maulud Nabi sedangkan Demak dan kudus pada bulan besar Dzulhijjah," tandas Ndaru.

Selain kolektor lokal, pelanggan Ndaru juga datang dari luar kota bahkan luar kota. Beberapa pejabat yang memiliki koleksi keris pun ikut menggunakan jasa Ndaru.

"Dari luar kota banyak, ada juga dari Amerika, Belanda dan Korea. Tidak cuma kolektor, pejabat juga ada," tutur Ndaru.

Menjamas keris atau benda pusaka lainnya menurut kepercayaan agar menjaga kesaktiannya. Namun menurut Ndaru, hal itu dilakukan untuk menjaga keawetan bentuk maupun tekstur dari benda-benda bersejarah tersebut.

"Saya intinya ke fisik untuk mengantisipasi karatan. Kalu masalah kesaktiannya itu kepercayaan tersendiri," pungkas Ndaru.

Selain itu, menjamas dipercaya bisa memperjelas pamor atau tekstur yang keluar secara alami dari dalam keris. Ndaru pun memperlihatkan tekstur putih berbentuk lingkaran yang tidak beraturan yang ada pada keris jaman Mataram yang dibawanya.

"Kalau jaman dulu keris dicampur batu meteor. Pamor yang keluar ini berasal dari batu meteor. Dipercaya pamor yang keluar dari keris membawa berkah bagi penyimpannya. Untuk yang bulat-bulat ini menandakan kebahagiaan dan rejeki," terangnya.

Pria yang sudah menggemari keris sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama itu menjelaskan bahwa menjamas keris tidak harus pada malam-malam tertentu. Justru sebisa mungkin sebulan sekali agar awet. "Seharusnya 35 hari sekali," tegasnya.

Selain menggunakan minyak keris, untuk menjamas benda pusaka berupa keris, pedang dan tombak, Ndaru meniapkan 'Uba Rampe' antara lain kembang setaman, jeruk pecel, cairan khusus bernama Warangan, dan air kelapa.

"Satu keris sekitar 30 menit. Biasanya mulai mengerjakan mulai pukul 08.00 hingga Maghrib," kata Ndaru.

"Untuk hari ini sudah ada 50 keris yang siap di Jamas," imbuhnya.

Ndaru sendiri selain menerima jasa Jamas, ia juga kolektor dan pembuat keris. Meski demikian keris buatannya bukan keris bertuah buatan empu-empu jaman kerajaan beberapa abad silam.

"Saya punya keris Jalak Budha yang usianya 1.300 tahun dari jaman Saelendra. Di relief Candi Borobudur terlihat orang membawa keris serupa," ujar Ndaru sambil memperlihatkan keris pendek yang sudah keropos oleh jaman.

"Ini saya dapat dari seseorang saat tirakatan. Dia nemu diantara sungai. Kalau dijual tinggi harganya. Tapi saya belum ada minat untuk menjualnya," tutup Ndaru sambil tersenyum.

Ia pun melanjutkan aktivitasnya menjamas benda-benda pusaka tersebut. Dengan teliti ia mengusap sekujur badan keris hingga terlihat kinclong. (detikNews)
Ndaru juga menjamas keris Jalak Budha kesayangannya

      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :