Namun menjelang petang hingga malam hari nanti, luberan peziarah – baik dari wisatawan nusantara (Wisnus) maupun wisatawan mancanegara (Wisman) dipastikan semakin banyak. “Kami perkirakan jumlah pengunjung yang datang bisa mencapai 25 ribu orang,” ujarnya.
Jumlah tersebut, ujar pejabat yang juga dalang ini, naik 500 persen dibandingkan pengunjung pada hari biasa yang hanya 5-6 ribu orang.
Bahkan dibandingkan pengunjung yang ke makam Sunan atau Wali Songo yang ada di Jatim, jumlah yang datang ke makam Gus Dur ini tetap lebih banyak.
“Bahkan luar biasanya, mereka yang datang ke makam Gus Dur tidak hanya dari kalangan muslim saja, tapi juga lintas agama,” jelasnya.
1000 Musala Lantunkan Ayat Suci
Sekitar seribu majelis di masjid dan musala di Kabupaten Jombang menggelar khotmil Quran atau pembacaan ayat-ayat suci Alquran hingga tuntas, Kamis (27/9/2012).
Lantunan ayat suci yang digelar di 1.000 musala itu merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian peringatan 1.000 hari wafatnya mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Di Ponpes Tebuireng, tempat makam Gus Dur berada, khotmil Quran dipusatkan di bangunan yang dikhususkan untuk peziarah berdoa. Tak urung ratusan orang terlihat mengikuti acara tersebut, meski tak semua membaca hingga tamat.
Khotmil Quran secara serempak dimulai sejak pagi pukul 08.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 16.00 WIB.
“Alhamdulillah imbauan kami untuk melaksanakan khotmil Quran di seribu musala dan masjid mendapat sambutan positif," kata Ketua Pelaksana H Lukman Hakim, Kamis (27/9/2012).
Sementara itu di Ponpes Tebuireng, panitia masih sibuk melakukan persiapan untuk acara tahlil akbar yang digelar Kamis (27/9/2012) malam. Puluhan tenda sudah berdiri di halaman pondok, ratusan kursi juga berderet di tenda tersebut.
Kemudian, panggung juga sudah berdiri di samping makam presiden RI ke-4 tersebut. Di panggung yang terkesan sederhana dan berukuran kecil itulah yang akan digunakan para tokoh memberikan ceramah ataupun mauidhoh hasanah.
Mereka yang dipastikan hadir adalah mantan Menag KH Tolchah Hasan, dan KH Maimun Zubair dari Sarang, Rembang, Jateng, KH Moh Nizam Asshofa, penggubah Syiir Tanpo Waton dari Sidoarjo. (tribunnews)