Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Yogyakarta - Raja Keraton yang juga Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan HB X, menuturkan cita-cita mewujudkan keadilan sosial yang mestinya bisa diraih bangsa Indonesia dengan hari jadinya ke 67 tahun ini masih belum tercapai.

Sejarah ekonomi bangsa selama masa penjajahan 3,5 abad masih memberikan gambaran bahwa eksploitasi sumber daya alam telah mengakibatkan kemiskinan, kebodohan, dan kesenjangan sosial yang awet hingga kini.
Sabtu, 18 Agustus 2012

Hamengku Buwono X: Korupsi Hambat Cita-cita Proklamasi 
Sri Sultan Hamengkubuwono X, raja Kasultanan Yogyakarta, membacakan Sabda Tama (pernyataan raja) di Bangsal Kencono, Kompleks Kraton Yogyakarta, Kamis (10/05)

“Yang jadi masalah, kemiskinan yang angkanya cukup tinggi itu masih diperparah lagi dengan perilaku koruptif serta berbagai macam penyelahgunaan wewenang dan kekuasaan,” kata Sultan dalam upacara kemerdekaan di Yogyakarta, Jumat, 17 Agustus 2012.

Semua permasalahan komplek itu terus menumpuk, tak terselesaikan hingga makin membuat cita-cita Proklamasi masih jauh panggang dari api.

Sultan menuturkan maraknya gambaran perilaku koruptif itu menunjukkan peringatan hari kemerdekaan masih sekedar formalitas, tanpa sadar tujuan didirikannya Republik ini.

“Sehingga mungkin tidak begitu tergugah lagi betapa proklamasi merupakan tonggak sejarah penting untuk mengangkat harkat bangsa merdeka,” kata dia.

Sultan menambahkan, perilaku korupsi telah membuat kemerdekaan yang diraih penuh pengorbanan jadi ternoda. Tak hanya perilaku penyalahgunaan wewenang, tapi juga penegakan hukum yang tidak memenuhi rasa keadilan, dan perilaku menyimpang lainnya membuat peringatan kemerdekaan menjadi terasa naïf. “Dengan kondisi itu menjadi tidak ada peluang bagi rakyat,” kata dia.

Disebutkan Sultan ketika sudah merdeka, pemerataan ekonomi juga masih menjadi tanda tanya besar bagi semua elemen. Menurutnya jika kesenjangan itu dibiarkan terus melebar maka semakin besar pula ketidakmerataan distribusi pendapatan serta perekonomian masyarakat, antara yang mampu dan yang kurang mampu atau miskin.

Sultan menambahkan momentum peringatan detik-detik Proklamasi seharusnya bisa jadi momentum mewujudkan pembangunan sebenarnya yang mencakup pemberdayaan manusia. Bukan dalam arti fisik atau jumlah lagi. “Tapi benar dapat dirasakan merata masyarakat,” ujarnya.

Peringatan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta dipusatkan di Kompleks Kepatihan dan Istana Gedung Agung. Sultan memimpin peringatan di Gedung Agung sebagai pembina upacara. Tepat pukul 10.00 WIB, sirene di Pasar Beringharjo dan Pasar Gading dibunyikan secara bersamaan selama tiga menit. Sesaat kemudian Ketua DPRD DI Yogyakarta, Yoeke Indra Agung Laksana, membacakan teks proklamasi. (tempo)
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :