Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta - Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat bidang Kesehatan, Ribka Tjiptaning, menganggap bahwa kampanye pemakaian kondom yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi salah sasaran.

"Yang saya kritisi kemarin jangan sampai niat baik Ibu Nafsiah untuk resiko seks tinggi itu jadi malah banyak negatifnya, karena diberikan pada remaja 15 tahun sampai 24 tahun," kata Ribka di gedung DPR, Kamis 21 Juni 2012.
Sabtu, 23 Juni 2012

Kontroversi Kampanye Kondom Untuk Remaja
Komisi IX: Kampanye Kondom Menkes Tak Tepat
Pada usia belum dewasa itu, menurutnya, rata-rata belum mengerti kegunaan dan fungsi kondom. Sehingga dapat disalahgunakan. "Anak 15 tahun belum mengerti. Sekali dapat dia main, besoknya ketagihan terus nggak ada kondom, malah jadi gawat," kata Ribka.

Jika alasannya untuk mengurangi HIV/AIDS, Ribka Tjiptaning mengatakan bahwa masalah penyebaran virus mematikan itu tak akan selesai dengan kampanye penggunaan kondom. Pasalnya, kata Ribka, penyebaran HIV bukan hanya melalui hubungan seks. Ribka menceritakan, misalnya di Lembaga Permasyarakatan. Biasanya pengidap HIV/AIDS tak mau menderita sendirian, sehingga ingin semua orang yang berada di lingkungannya juga menderita penyakit yang sama.

"Misalnya, tusuk giginya ditaruh di rumah makan biar orang ketularan," kata Ribka. Selain itu, lanjutnya, penyebaran penyakit ini juga dapat dengan transfusi darah, melalui penggunaan jarum suntik, dan tato. "Jadi bukan dari seks saja," kata dia.

Untuk pencegahan dan penularan HIV, dia menyarankan agar Menkes lebih fokus pada pemberian informasi yang mendalam terkait bahaya HIV/AIDS. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi sendiri menegaskan tidak pernah mengatakan mau meningkatkan kampanye kondom di kalangan umum, siswa-siswa dan remaja.

"Tetapi tetap kami kampanyekan kondom ke setiap pelaku hubungan seks berisiko. Karena itu adalah salah satu indikator MDG," kata dia, Rabu 20 Juni 2012.

Dia menambahkan, seks berisiko di Indonesia terjadi pada semua umur, suami istri atau di luar hubungan pernikahan. "Yang kami maksud dengan seks berisiko adalah seks dengan risiko penularan penyakit atau risiko kehamilan yang tidak direncanakan," kata Nafsiah.


Menkes: 2010, 2 Juta Remaja Lakukan Aborsi

Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, menegaskan tidak pernah mengatakan mau meningkatkan kampanye kondom pada kalangan umum, siswa-siswa dan remaja.

"Tetapi tetap kami kampanyekan kondom ke setiap pelaku hubungan seks berisiko. Karena itu adalah salah satu indikator MDG," kata dia di kantornya Jalan Rasuna Said Jakarta, Rabu 20 Juni 2012.

Dia menambahkan, seks berisiko di Indonesia terjadi pada semua umur, suami istri atau di luar hubungan pernikahan. "Yang kami maksud dengan seks berisiko adalah seks dengan resiko penularan penyakit atau resiko kehamilan yang tidak direncanakan," kata Nafsiah.

Data menunjukkan, penularan HIV naik terus meskipun kampanye kondom terus gencar di kalangan seks berisiko. Bersamaan dengan penyakit menular yang lain seperti ghonorea dan clamidia. "Berarti seks berisiko jalan terus walaupun kita sudah kampanyekan penggunaan kondom," kata dia.

Hubungan seks berisiko juga terjadi di kalangan remaja. "Mau nggak mau harus kita hadapi itu. Mengutip data BKKBN, kata dia, tahun 2010, sebanyak 2 juta remaja melakukan aborsi. Berarti anak-anak kita, adik-adik kita melakukan hubungan seks berisiko," kata dia.

Oleh karenanya, mereka berhak mendapatkan informasi, pendidikan agama yang lebih baik, pendidikan moral, mereka berhak diberi pengertian tentang obat-obatan terlarang, yang merangsang nafsu seks termasuk miras, dan sebagainya. "Menurut pendapat saya, mereka berhak mendapat informasi maupun layanan yang sesuai kebutuhannya. Kita tidak boleh tutup mata bahwa kehamilan di luar pernikahan bertambah."

Difasilitasi Pusat Komunikasi Kementrian Kesehatan, Nafsiah pun telah mengupload klarifikasinya itu melalui YouTube, bahwa dia tidak pernah menyatakan akan menggalakkan penggunaan kondom bagi kalangan umum, apalagi remaja dan siswa. "Kondom itu hanya alat bodoh kok. Kami mengimbau yang hubungan seks beresiko gunakan kondom," kata Nafsiah.

Nafsiah minta para pengkritiknya mencermati realitas itu dan menghadapinya bersama. Menurut dia, daripada menyerang kampanye penggunaan kondom bagi kalangan berisiko, lebih baik energi dicurahkan menghadapi perangsang nafsu seksual. "Kita harus melawan mereka yang membujuk-bujuk generasi muda kita membeli narkoba, yang merangsang nafsu seks itu, dan kita harus secara positif mengatakan bersama, pendidikan agama harus ditingkatkan," ujarnya.

Nafsiah menegaskan, gerakan agar generasi muda tidak terjerumus dalam hubungan seks beresiko menjadi prioritas. Caranya, menggalakkan pendidikan agama, moral, kesehatan reproduksi, dan bahaya narkoba. "Pelayanan kondom bukan first priority, tapi mereka tidak melakukan hubungan seks berisiko. Kalau toh mereka sudah terlanjur melakukan, diberikan konseling agar mengubah perilaku," ujarnya. (VIVAnews)
ilustrasi: pameran-kondom-pada-peringatan-hari-aids-di-china
      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :