Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Semarang - Seksolog dan androlog Profesor dokter Wimpie Pangkahila memperkirakan jumlah perkara aborsi atau pengguguran kandungan di Indonesia setiap tahunnya sebanyak 2,5 juta kasus.
Kamis, 19 April 2012

Aborsi di Indonesia Capai 2,5 juta Kasus/Tahun
"Kasus aborsi ini tersebar secara merata, baik di wilayah-wilayah perkotaan maupun perdesaan," kata Wakil Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Andrologi Indonesia (Persandi) tersebut di Semarang, Rabu kemarin.

Hal itu diungkapkannya di sela workshop "Male Infertility" yang menjadi bagian Pertemuan Ilmiah Tahunan Persandi VI dan Perkumpulan Andrologi Indonesia (Pandi) XX yang berlangsung di Hotel Patra Jasa Semarang.

Menurut dia, kasus aborsi yang terjadi di wilayah perkotaan biasanya oleh oknum dokter, sementara mereka yang tinggal di perdesaan memilih melakukan pengguguran kandungan oleh dukun.

Ia mengungkapkan tingginya kasus aborsi di Indonesia itu kemungkinan semakin terbukanya perilaku remaja dalam berpacaran karena peran orang tua dan keluarga dalam mengawasi cenderung longgar.

"Berhubungan seks pada zaman modern sekarang ini tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang 'suci' atau sakral lagi. Jika ada kesepakatan dari si pria dan wanita, terjadilah yang namanya hubungan badan," katanya.

Kalangan remaja pada zaman sekarang, kata Wimpie yang juga Ketua Umum Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) itu, menganggap seks pranikah bukan sesuatu yang menyimpang, dan cenderung mudah melakukan hubungan seks.

Kehamilan, lanjut dia, merupakan konsekuensi dari hubungan seks. Namun, para remaja yang melakukan seks pranikah itu cenderung menempuh jalan pintas jika terjadi kehamilan, yakni memutuskan melakukan aborsi.

Bahkan, Guru Besar Andrologi Universitas Udayana Bali itu menyebutkan kasus aborsi di Indonesia selama ini lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia, seperti Singapura dan Korea Selatan.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), kata dia, setidaknya sekitar 30 persen remaja yang berpacaran mengakui telah melakukan hubungan seks. Namun, kemungkinannya bisa lebih.

Oleh karena itu, dia mengingatkan pemerintah untuk melakukan langkah preventif mencegah maraknya kasus aborsi, seperti memasukkan kurikulum pendidikan seks di sekolah, bahkan bila perlu sejak sekolah dasar (SD).

"Dengan diberikannya pendidikan seks di sekolah ini, para remaja setidaknya sudah dibekali dengan pemahaman tentang seks, termasuk konsekuensi dan akibat melakukan hubungan seks sebelum menikah," kata Wimpie.

Sementara itu, androlog Universitas Diponegoro Semarang Prof. Susilo Wibowo mengatakan permasalahan aborsi memerlukan penanganan lintas sektor, mulai sosiolog, pendidik, agamawan, sampai kalangan hukum.

"Beberapa negara modern memang ada yang melegalkan aborsi, namun tidak dengan Indonesia. Secara kedokteran, aborsi bisa dilakukan, jika kehamilan itu membahayakan keselamatan ibu dan bayinya," kata Susilo. (ant)
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :

ilustrasi