Sedangkan sebelum 2011, ternyata Mujianto juga telah melakukan hal yang sama dengan korban sebanyak delapan orang.
Kapolres Nganjuk AKBP Anggoro Sukartono mengatakan, banyaknya jumlah korban tersebut berdasar pengakuan tersangka kepada penyidik. Kebanyakan para korban berasal dari luar Nganjuk, dan sangat tertutup karena mereka diduga bagian dari komunitas penyuka sejenis.
“Ketertutupan korban, karena sebelum dibius mereka terlebih dahulu melakukan hubungan badan. Baik itu di kamar mandi SPBU, pematang sawah dan lainya. Saat berhubungan badan, korban berperan sebagai perempuan,” kata Anggoro Sukartono di Mapolres Nganjuk, Selasa (14/2/2012).
Untuk modus dari pembiusan, kata Anggoro, semuanya sama yakni dengan mencampur ke dalam minuman teh ataupun kopi yang disuguhkan kepada korban. Setelah korban tidak sadar, hartanya diambil sedangkan korban ditinggal begitu saja di rumah warga terdekat.
Penyidik Mapolres Nganjuk, akan mendatangkan psikolog dari Polda Jawa Timur untuk memeriksa kejiwaan dan psikologis gay Nganjuk. “Hal itu untuk mengetahui perilaku sesungguhnya dari pelaku, hingga nekat melakukan pembiusan terhadap para korban yang sebagai pelampiasan cemburu dan dendam terhadap para pacar gelap kekasihnya Mr JS,” tukas Anggoro.
Istri Korban 'Gay Bantai 15 Orang': Suami Saya Lelaki Normal
Ws (37) istri Sudarno salah satu korban pembiusan hingga tewas warga Desa Sukowiyono Kecamatan Padas Kabupaten Nganjuk mengaku, keluarga tak pernah tahu Sudarno menjadi salah satu anggota komunitas Gay.
Pelaku pembunuh dengan cara dibunuh tersebut adalah Mujianto (24) alias Gentong alias Anto. Setelah ditangkap, Gentong mengaku telah membunuh 15 orang. Sebelum dibunuh, Anto biasanya melakukan hubungan seks dengan korbannya yang semuanya pria tersebut.
Kekagetan istri dikarenakan Sudarno yang keseharianya bekerja sebagai petani tidak menunjukkan sikap yang aneh dan terlihat sebagai lelaki normal. Bahkan, dari pernikahan antara dirinya dengan Sudarno telah lahir seorang anak yang kini sudah beranjak dewasa.
“Jadi kami sungguh terkejut dengan dugaan suami saya sebagai Gay sehingga menjadi korban pembiusan itu,” kata Ws di Mapolres Nganjuk.
Memang, diakui Ws, suaminya itu tidak pulang ke rumah kembali sejak tanggal 10 Januari 2012 lalu. Sudarno saat itu pamit pergi ke sawah untuk melihat tanaman padi. Oleh karena itu, Sudarno tidak membawa satupun identitas diri.
“Sejak pamit ke sawah tersebut suami saya tidak pulang ke rumah, dan kami sudah berusaha mencari namun tidak kunjung ketemu. Melalui pemberitaan di berbagai media itulah kami datang ke Polres Nganjuk dan ternyata foto KTP serta SIM suami saya sesuai dengan satu foto Mr X yang tewas pembiusan,” kata Ws.
Rencananya, tambah Ws, ia bersama anggota keluarga akan memindahkan makam Sudarno di kelurahan Warujayeng Kecamatan Tanjunganom ke makam di Desanya.
“Tapi tadi oleh petugas kepolisian untuk menunggu hasil pencocokan identitas lain barulah nanti diizinkan makam dipindah,” tutur Ws.
(Tribunnews)