“Sekilas pemandangan ini terlihat seperti sebuah aksi dalam adegan Indiana Jones And The Temple Of Doom,” seperti diberitakan situs berita dari Inggris ini.
Setiap harinya anak-anak kecil ini berusaha menyeberangi sebuah jembatan kayu yang rusak, mempertaruhkan nyawa mereka sambil menempelkan badannya dengan erat pada sebuah kawat yang melintang di Sungai Ciberang, Lebak, setiap harinya menuju sekolahnya.
Pekan lalu jembatan gantung ini rusak akibat banjir akibatnya kondisi jembatan penyeberangan ini sangat beresiko tinggi untuk digunakan dan berpotensi mematikan. Salah satu bagian dari dua pilar penyangga rusak, dan hanya tersisa sebagian akibatnya papan kayu yang berfungsi sebgai pijakan miring ke satu sisi.
Dengan hanya satu sisi bagian jembatan yang tetap utuh, berarti para penyeberang harus ekstra hati-hati malangkahkan kaki mereka, karena struktur jembatan memantul ketika kaki kita melangkah di satu bagian.
Kondisi ini jauh dari stabil, penduduk setempat telah melaporkan keadaan jembatan ini berkali-kali kepada pemerintah setempat, bahkan malam itu juga saat bencana banjir terjadi.
Anak-anak yang berada di seberang Sungai Desa Tanjung Sanghiang di Lebak, Indonesia harus melintasi jembatan ini setiap hari.
Sofiah, salah seorang anak SD mengatakan, dia harus menyeberangi jembatan itu setiap harinya, untuk menempuh jembatan terdekat dibutuhkan waktu satu setengah jam. Jika dia harus melakukan itu setiap hari maka dia harus bangun lebih pagi, dan pulang lebih malam.
“Saya lebih suka mengambil resiko untuk menyeberangi jembatan itu,” kata Sofiah.
Sungai ini merupakan objek wisata populer, arus air yang cepat seringkali digunakan dan dinikmati oleh ribuan wisatawan arung jeram.
Kondisi ini jelas bertolak belakang dengan keadaan di Indonesia. Berita yang berkembang di Indonesia bahkan banyak mengangkat kemewahan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Renovasi ruang Badan Anggaran pun memakan biaya Rp20 miliar. (Sindonews)