Daerah yang rawan banjir di antaranya Malang, Jember, Lumajang, Bojonegoro, Kediri, Trenggalek, Tuban, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso, Pacitan, Gresik dan Lamongan. Untuk Lamongan, Tuban dan Bojonegoro berada di kawasan aliran sungai Bengawan Solo, sehingga penyebab banjir di daerah tersebut karena air kiriman.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim Syahrul Arifin, Minggu (13/11/2011) mengatakan, saat ini hujan mulai turun di beberapa daerah meski intensitasnya masih rendah. Namun, warga tetap diminta untuk mewaspadai pada puncak musim hujan pada Desember dan Januari 2012.
"Seberapa besar potensi banjir itu tergantung dari intensitas curah hujan di kawasan tersebut, kami belum bisa memprediksinya. Semisal, Pasuruan sering kali banjir secara tiba-tiba ketika curah hujan tinggi. Jadi, curah hujan di daerah itu tidak menjadi faktor utama, malah yang perlu diwaspadai adalah curah hujan di daerah lain yang airnya mengalir ke daerah tersebut," tegasnya.
Menurut dia, potensi bencana lain yang menjadi kewaspadaan BPBD Jatim adalah bencana tanah longsor. Pasalnya, curah hujan yang cukup tinggi tidak saja menyebabkan banjir, namun juga tanah longsor khususnya di daerah pegunungan.
Jumlah daerah yang dianggap rentan terjadi tanah longsor juga sama dengan daerah yang berpotensi besar terkena banjir. Daerah longsor ini juga tesebar di 29 kabupaten/kota se-Jatim. Di antaranya Malang, Batu, Situbondo, Bondowoso, Pacitan, Lumajang, Pasuruan dan beberapa daerah lainnya.
Untuk mengantisipasi banjir dan longsor, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan masyarakat di kawasan tersebut, seperti pelatihan tanggap darurat dan simulasi bencana. Setidaknya masyarakat bisa mengambil langkah dan antisipasi cepat, jika terjadi bencana.
BPBD Jatim mengajukan anggaran penanggulangan bencana pada 2012 sebesar Rp 18 miliar. Dana tersebut khusus untuk sosialisasi, penyuluhan dan juga berbagai bentuk antisipasi lainnya. Selain itu, juga diajukan anggaran on call bencana sebesar Rp 70 miliar. [tok/ted](beritajatim.com)