Dan setelah pertemuan tersebut, Hartoyo mantan suami saya membuat surat perjanjian yang diberikan kepada peserta yang akan mengikuti penerimaan CPNS provinsi Jawa Timur. Waktu terus bergulir, sekitar bulan Mei 2009 mulai banyak peserta CPNS yang mandaftar melalui koordinatornya masing-masing.
Dari koordinator tersebut dana peserta saya terima lalu saya serahkan ke Hartoyo mantan suami saya. Kemudian dari Hartoyo dana dan berkas langsung diserahkan pada bapak Rasiyo selaku Sekda Prov Jatim. Pertemuan selanjutnya terjadi pada bulan September 2009 tetap di Hotel Sheraton Surabaya, dan kali ini selain dihadiri bapak DR Rasio dan istri mudanya yang bernama Ida Aryani juga dihadiri Hartoyo dan saya sendiri.
Dan yang tidak kalah penting dihadiri oleh 11 anggota DPRD Jatim Fraksi Demokrat yaitu:
Agus Dono
Heri Prasetyo
Suhartin
Ferial Natalia
Dini Riyanti
Lilik, selaku ketua ketua fraksi Demokrat DPRD Jatim
Giri Suncoko
Sunardi, selaku ketua DPRD Jatim
Ibu Anti
Bapak Sutoyo (alm)
Marisi
Dan di situlah disepakati jumlah kuota yang bisa lolos sebagai CPNS Jatim. Waktu terus berlanjut dan semakin banyak yang ikut dan semua dana dari peserta yang masuk saya serahkan full pada Hartoyo mantan suami saya.
Menurut mantan suami saya, selain dari dana tersebut diserahkan kepada bapak Rasiyo, juga dibagi kepada 10 anggota DPRD Jatim, hanya 1 orang yang tidak menerima yaitu (Alm) bapak Sutoyo karena bapak Sutoyo 10 hari setelah itu meninggal dunia di Jakarta. Pada kenyataannya, sampai akhir tahun 2009 proyek ini belum menampakkan hasil. Malah pada awal 2010 Rasiyo memerintahkan saya dan Hartoyo untuk meminta pada para peserta CPNS untuk melunasi dan semuanya sudah dilunasi dan tidak ada yang tidak membayar.
Namun beberapa kali SK yang dijanjikan tidak turun-turun. Lalu saya yang dikejar-kejar oleh koordinator karena mereka juga dikejar para peserta. Namun setiap saya lapor pada Rasiyo selaku penanggungjawab proyek ini, beliau selalu biang sabar dan sabar. Apalagi 10 anggota DPRD Jatim dari Fraksi Demokrat yang terlibat sepertinya mau lepas tanggungjawab.
Di sini saya juga akan menjelaskan bahwa HUT 1 yang dilakukan secara besar-besaran LSM saya yaitu LSM Laskar Cinta SBY bukan saya dapat dari proyek CPNS ini, melainkan sumbangan dari para donatur sahabat saya di Jakarta yang banyak saya bantu waktu saya menjabat sebagai sekretaris pribadi mantan Presiden Alm. KH. Abdurrahman Wahid.
Kembali ke pokok permasalahan kasus CPNS ini lama kelamaan desakan peserta ini semakin keras sampai akhirnya kasus Ahmadi meletus dan Ahmadi tertangkap dan karena Bapak Rasiyo panik dan ketakutan meminta saya dan memberi uang saya untuk sembunyi di Hotel Ibis, Semarang.
Namun karena saya merasa kasihan dengan para koordinator saya dengan para koordinator yang didesak peserta maka saya pulang ke Surabaya, sampai akhirnya kasus perebutan anak antara mantan suami saya Nandar dan keluarga saya akhirnya saya tertangkap. Begitu sampai di Polrestabes, Rasiyo melalui Hartoyo berpesan kepada saya agar tidak membuka kasus ini dengan kompensasi sejumlah uang, namun sampai detik ini dana yang dijanjikan tersebut tidak sampai kepada saya malah dibawa Hartoyo.
Demikianlah testimoni yang saya buat. Harapan saya agar kasus yang telah merugikan rakyat kecil milyaran rupiah bisa terungkap dengan jelas siapa otak dan dalangnya. Usut tuntas keterlibatan Rasio, Hartoyo dan ke sepuluh anggota DPRD Jatim.
Kontan testimoni yang belum bisa dikonformasikan ke Santi itu membuat sejumlah nama yang disebut kompak menyangkal. Giri Sancoko, misalnya. Anggota Komisi C DPRD Jatim membantah.
"Santi mengigau. Tidak benar semua itu. Saya sama sekali tidak terlibat urusan CPNS," kata Giri saat dikonfirmasi wartawan, Kamis malam. Demikian pula Heri Prasetyo. Anggota Komisi E ini justru tertawa mendengar namanya disebut dalam daftar testimoni Santi. "Tidak benar itu. Saya ingat ingat, saya yakin tidak ada pertemuan itu," jawab singkat politisi mantan wartawan ini.
Sekdaprov Jatim Rasiyo maupun Hartoyo sebelumnya juga sudah memberikan bantahan mengenai tudingan Santi jika keduanya terlibat dalam percaloan PNS. Sedangkan nama-nama lain yang disebut belum bisa dikonformasi.
Sementara Koordinator Komisi Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Jatim Dedi Priyambudi yang dikonfirmasi terkait beredarnya testimoni itu meminta agar keasliannya ditelusuri. "Apa benar itu yang buat Santi. Kita juga akan telusuri itu," kata Dedi. (detikSurabaya)