Jumat (3/2) siang, Andi tampak duduk didepan ruang Edelwiess Rumah Sakit Jogja Wirosaban Yogyakarta, dia sedang menunggu Suparyanto (46) atau akrab dipanggil Anton warga Bugisan, Yogyakarta yang selama ini merawatnya, sejak Ny Tumiyem menderita sakit saat menjadi pembantu rumah tangga di Pekanbaru.
Saat itu sekitar bulan Oktober 20112, Ny Tumiyem sempat terlantar di rumah sakit di Pekanbaru tanpa ada yang mengurus. Dia ikut satu kantor penyalur pekerjaan yang akhirnya tidak bertanggungjawab dengan dirinya.
Akhirnya dia dipulangkan oleh Dinas Sosial setelah pemberitaan di media massa menanyangkan Ny Tumiyem yang terlunta-lunta di rumah sakit. Sedangkan Andi saat itu bekerja di satu hotel di Jakarta sebagai pekerja di bagian belakang.
“Andi tidak tahu kalo ibunya dipekerjakan di Pekanbaru, sebab dalam perjanjian akan bekerja di Jakarta. Dia kemudian mencari kemana-mana hingga ketemu saya saat mencari ibunya di stasiun Senin.”kata Anton.
Menurut Anton, kebutuhan paling penting buat Andi saat ini adalah, agar dia bisa sekolah melanjutkan sekolahnya yang harus berhenti. Juga soal keringanan biaya perawatan Ny Tumiyem di Rumah Sakit Jogja. “Meskipun, Ny Tumiyem tercatat sebagai peserta Jamkesmas,”ujarnya.
Andi sudah tidak memiliki Ayah sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), selama ini, dia sering ikut kerja untuk meringankan beban Tumiyem warga asal Ngalian RT 3 RW 6, Desa Bono, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.
Sebab itu, ketika lulus SMP kemudian Ny Tumiyem berencana menjadi PRT di Jakarta, Andi mengikuti jejak orangtuanya. Malangnya, penyalur Tumiyem tidak profesional sehingga keduanya terpisah.
“Nomor ponsel penyalur itu sudah tidak aktif. Saat saya terpisah dan berusaha mencari tahu dimana keberadaaan ibu saya,”imbuh Andi.
Singkat cerita, Andi dan Ny Tumiyem akhirnya bertemu setelah melalui proses pencarian panjang. Hanya saja, Ny Tumiyem sudah tidak sesehat dulu, badannya ringkih dan tak bisa bekerja seperti dulu.
Andi yang tamat SMP kemudian ikut kerja dengan Anton, dia juga sekolah di SMK Putra Tama Bantul, namun baru satu semester, Ny Tumiyem terserang stroke sehingga separuh tubuhnya tak berdaya.
Pihak sekolah sempat mendatangi Anton dan menanyakan kenapa tidak masuk sekolah. Kemudian dijelaskan apa yang sedang terjadi. “Saya masih ingin sekolah. Tapi keadaan yang memaksa berhenti,”ujar Andi.
Sekitar satu jam bercerita kisahnya, Andi kedatangan Arif (22) sang kakak yang baru datang ke rumah sakit setelah dihubungi sekitar tiga hari lalu atau ketika Ny Tumiyem terbaring di rumah sakit.
Arif yang tinggal di Wonosari sudah lama tidak bertemu keduanya, dia langsung menuju kamar tempat Ny Tumiyem dirawat. Suara tidak jelas keluar dari mulut Ny Tumiyem, disusul ucapan maaf dari mulut Arif dan air matanya yang mulai keluar dari sudut matanya. (Tribunjogja)