Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta - Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto menyarankan agar pemerintah membatalkan rencana pembelian tank Leopard.
Minggu, 29 Januari 2012

Endriartono Sutarto Tolak Leopard
Indonesia Butuh Kapal Selam & Kapal Perang
Untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan (Alutsista), Endriartono menyarankan agar TNI memperbanyak kapal selam untuk menjaga kedaulatan maritim NKRI.

Adapun bagi Angkatan Darat (AD), tank Leopard tidak akan efektif digunakan di medan tempur perbatasan Indonesia yang notabene lahan gembur, curam dan gambut.

Kalau mau mendapatkan efek deteren, beli kapal selam yang banyak. Sementara untuk AD cukup light tank atau medium tank yang cocok dengan medan kita," terang Endriartono.

Selain kapal selam, mantan KSAD ini juga menilai Indonesia perlu meniru Vietnam yang sudah mampu memproduksi kapal perang buatan sendiri.

Endriartono yakin PT PAL sudah mampu membuat kapal perang buatan dalam negeri yang lebih tangguh daripada kapal perang buatan Vietnam.

"PT PAL sudah bisa, saya sewaktu masih Panglima TNI sudah menyetujui design corvet nasional dan sudah sampai pada steel cutting, kenapa tidak diteruskan?"


Endriartono Sutarto: Tank Leopard Tak Berguna

Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto mengimbau agar pemerintah tidak salah langkah membeli tank Leopard bekas untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan (Alutsista).

Menurut pensiunan jenderal bintang empat ini, tank Leopard hanya cocok di medan kota atau relatif datar. Tank jenis Main Battle Tank (MBT) buatan Jerman ini tidak cocok ditempatkan di perbatasan Indonesia yang bermedan gunung, hutan dan rawa.

"Leopard mau di gelar dimana? Di hutan, di rawa, di sawah di lahan gambut atau di kota. Dengan berat 62 Ton paling cocok memang di kota," ujar Endriartono, Jumat (27/1/2012).

Namun sangat fatal jika TNI menempatkan tank Leopard di dalam kota. Sebab dengan begitu pertahanan perbatasan Indonesia akan menjadi lemah dan mudah ditembus. Alih-alih menjaga kedaulatan, Leopard hanya berfungsi menunggu diserang lawan.

"Kalau kita tempatkan di kota, kita membiarkan musuh masuk kota dulu baru kita lakukan serangan balas. Lalu kota kita hancur. Ya tidak ada artinya lagi," terang mantan KSAD ini.


Ngotot Buru Leopard, TNI AD Dianggap Tantang SBY

Rencana pembelian 100 unit Main Battle Tank (MBT) Leopard 2A6 oleh TNI Angkatan Darat dinilai tidak sesuai dengan rencana pemerintah untuk pengembangan industri pertahanan dalam negeri.

Menurut peneliti Ridep Institute Anton Ali Abas, keinginan itu telah bertentangan dengan beberapa pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam beberapa kesempatan yang selalu menekankan pentingnya pembangunan industri pertahanan.

"Pembelian tank Leopard ini tidak sesuai dengan perkataan SBY," ujar Anton di kantor Imparsial, Jumat (27/1/2012). Anton berpendapat daripada membeli tank Leopard ke Belanda, lebih baik anggarannya dialokasikan untuk pengembangan proyek dan pembuatan prototipe tank ringan dan medium oleh PT Pindad.

Dengan pembelian persenjataan bekas dari Belanda, kata Anton, tentu harapannya ada transfer teknologi. Tapi hal itu mustahil terjadi mengingat kondisi geografis dan infrastruktur Indonesia yang masih belum memadai.

"Dengan tank medium yang beratnya 32 ton saja jalanan Jakarta hancur, apalagi dengan beban tank Leopard 64 ton. Trus kalau jatuh di sawah pasti akan susah mengangkatnya. Lebih baik sediakan dulu infrastruktur yang bagus," katanya. [inilah]
Endriartono Sutarto
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :