Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta -Terdakwa mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat (PD) Muhammad Nazaruddin mengaku telah memiliki "kartu hitam" atas kasus dugaan korupsi pembangunan Wisma atlet SEA GAMES, di Jakabaring, Palembang Sumatera Selatan.

Nazar kemudian tegas mengatakan, Republik Indonesia akan mengalami kehancuran jika semuanya ia bongkar.
Selasa, 13 Maret 2012

Nazar : Saya Buka Semua Bubar Republik Ini
"Nanti, kalu mau saya buka semua, bubar Republik ini," ucap Nazaruddin di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (12/3/2012).

Lebih lanjut, Nazar mengimbau agar tak ada sejumlah kader Partai Demokrat (PD) yang menyerangnya mengatasnamakan partai. Jjika memakai embel-embel kepartaian, Nazar mengancam, siap melawan untuk membuka semua terkait partai berlambang mercy tersebut.

Oleh karenanya, sambung Nazar, pempersilahkan siapa pun yang ingin menyerangnya. Namun, hal itu garus lebih dulu dibuktikan dan tentunya tak mengatasnamakan partai.

"Kalau mau serang saya, individual saja jangan bawa-bawa partai. Kalau saya sudah buka semua baru tau mereka. saya lebih baik buka semua ke KPK untuk tidak fitnah. Tapi jika ada yang menantang melalui kepartaian saya siap buka juga," Nazaruddin mengingatkan.


Nazaruddin: Pasti Anas Digantung Jadi Hantu Monas

Terdakwa kasus suap Wisma Atlet, M Nazaruddin menanggapi pernyataan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Anas Urbaningrum yang sebelumnya yakin kalau dirinya tidak terlibat dalam proyek Stadion Hambalang.

"Nah itu pasti dia (Anas) yang akan digantung jadi hantu Monas," tegas Nazaruddin kepada wartawan usai bersidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (12/3/2012).

Mantan Bendahara Umum Partai berlambang Mercy ini juga mengancam akan membongkar seluruh persoalan yang ada di internal partai jika dirinya diserang secara partai.

Menurutnya, selama ini dirinya hanya memfokuskan menyerang pada individu-individu tak lain yaitu Anas Urbaningrum, bukan menyerang partai Demokrat.

"Tapi kalau benar ada keputusan dari Majelis Tinggi dan Dewan Pembina untuk serang saya secara partai, akan saya buka nanti semuanya," tegas Nazar.


Anas Tidak Galau Ucapkan Siap Digantung di Monas

Sutan Bathoegana merasa Ketua Umum Anas Urbaningrum tidak berada dalam kondisi galau. Hal itu ia nyatakan berkaitan dengan ucapan Anas yang siap digantung di Monas bila terbukti korupsi.

"Enggaklah (galau). Begini kalau dibilang galau dia salah masuk rumah itu galau. Engga ada masalah," kata Sutan di rumah duka Fanny Habibie di Jalan Prapanca 39 C, Jakarta Selatan, Senin (12/3/2012).

Menurut Sutan, ucapan Anas tidak diprediksi sebelumnya sehingga anggota komisi VII itu mengapresiasi pernyataan tersebut. "Saya juga pernah dibilang orang terlibat di PLTS, maka saya tantang kan? Silahkan kalau ada yang bisa membuktikan Rp 500 juta," imbuhnya.

Sutan juga menegaskan bila ucapan Anas akan menggantung diri adalah tantangan untuk membuktikan diri.

"Kalau nggak salah, buktikan nggak salah. Kalau bener kalian intepretasikan sendiri," kata Anas.

Sutan mengatakan ucapan Anas jangan ditelan mentah-mentah. Soetan pun enggan berkomentar ketika ditanyakan apakah ia ikhlas bila Anas Urbaningrum digantung di Monas.

"Saya ikhlas tidak ikhlas, yang mengucapkan seorang Anas Urbaningrum. Tidak elok saya bilang ikhlas, seolah saya ingin lewat barang itu," kata Sutan.

Sutan pun menyerahkan proses hukum kepada penegak hukum. Partai Demokrat, kata Soetan, tidak akan melakukan intervensi terhadap masalah hukum yang menimpa pengurus partai.

"Meminjam ucapan pak SBY. Siapa saja ketua umum apa saja, partai dari mana saja, tersangkut masalah hukum silahkan diproses. Itu bahasa seorang presiden. Sejak awal SBY tidak pernah mengintervensi soal begini, walaupun dengan besannya. Beberapa hari mau lebaran diciduklah beliau," tukasnya. (Tribunnews)

Terdakwa kasus suap Wisma Atlet M.Nazaruddin (tengah) berdiskusi dengan kuasa hukumnya saat menjalani sidang dengan agenda pemeriksaan saksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (18-1)

      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :