Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta - Harga minyak dunia rata-rata saat ini sudah mencapai US$ 115 per barel. Pemerintah menyatakan terpaksa akan menaikkan harga BBM subsidi untuk menekan anggaran subsidi BBM dalam APBN 2012 yang bakal bengkak.

Demikian disampaikan oleh Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/2/2012).
Kamis, 23 Februari 2012

SBY: Mau Tidak Mau Harga BBM Harus Naik
"Dari apa yang berkembang sekarang ini maka konstruksi kebijakan yang akan kita tempuh, bagaimanapun jangka menengah dan jangka panjang itu konversi dari BBM ke BBG terus kita lakukan. Kedua, Harga BBM mau tidak mau tentu mesti disesuaikan dengan kenaikan yang tepat, kenaikan tertentu," tandas SBY. Untuk melancarkan rencana ini, SBY akan mengajukan APBN Perubahan kepada DPR agar kenaikan harga BBM diperbolehkan.

"Dengan persiapan yang baik, dengan perencanaan dibahas bersama DPR dan akan masuk dalam APBN-P harapan kita semua ini merupakan solusi untuk penyelamatan dan penganaman ekonomi kita, penyelamatan dan pengamanan APBN kita," kata SBY. Namun belum dijelaskan berapa kenaikan harga BBM subsidi. Ini nanti akan dibahas bersama DPR.


Ini Dia Alasan SBY Soal Kenaikan Harga BBM

Presiden SBY menjelaskan, dalam 2 bulan terakhir, situasi perekonomian global telah menimbulkan kerawanan, ketidakpastian yang berdampak secara langsung dan tidak langsung pada perekonomian negara-negara di dunia. Situasi itu antara lain krisis utang di Eropa dan juga faktor geopolitik di Timur Tengah. Termasuk diantaranya adalah masalah embargo Iran sehingga negara tersebut akhirnya menghentikan ekspor minyak ke Inggris dan Prancis.

"Lagi-lagi indonesia yang sedang membangun dengan kinerja perekonomian yang baik punya kebijakan, punya rencana yang baik untuk tahun-tahun mendatang harus terpukul kembali dengan kenaikan harga minyak mentah yang meroket akhir-akhir ini," jelas presiden di kantornya, Jakarta, Rabu (22/2/2012).

Atas berbagai perkembangan tersebut, lanjut presiden, pemerintah harus segera meresponsnya untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, khususnya APBN yang bakal terkena dampak karena membengkaknya subsidi BBM.

Dijelaskan, opsi-opsi untuk penyelamatan tersebut sudah dibahas sejak tahun lalu dalam rapat di Bogor. Ketika itu, sudah diputuskan pertama, mengurangi subsidi yang sangat besar. Kedua, pengurangan subsidi kala itu diutamakan pada pembatasan BBM, ketiga, ntuk solusi jangka menengah dan panjang adalah dengan konversi BBM ke BBG.

"Keempat, ada komponen kontigensi kalau asumsi berubah, harga minyak mentah naik yang di luar kemampuan kita untuk opsi pembatasan volume, maka harus kita sesuaikan lagi opsi dan kebijakan kita pilih. Itu di Bogor. Akhir tahun saya berkunjung ke Cilacap untuk meresmikan kapasitas kilang yang ada di Cilacap pada tanggal 30 desember, saya mengeluarkan statement di sana saya ulangi lagi apa yang menyangkut subsidi dan BBM itu," urai Presiden.

Presiden menjelaskan, ketika itu diputuskan Harga Minyak Indonesia (ICP) adalah sebesar US$ 100 per barel, namun kini harga sudah menembus US$ 115 per barel bahkan cenderungnya terus meningkat.

"Apalagi dua tiga hari yang lalu Iran telah memnghentinkan ekspor minyaknya ke dua negara di Eropa, Uni Eropa dan Amerika telah memberikan sanksi kepada Iran, dan inilah salah satu titik didih yang mengakibatkan sentimen demikian negatifnya sehingga mengakibatkan harga minyak naik," jelasnya.

"Akibat ini semua maka asumsi yang ada dalam APBN 2012 menurut pandangan saya dan juga telah dibahas oleh para menteri dibawah koordinasi wapres itu memang harus kita sesuaikan, dan komponen pertumbuhan juga berubah, sehingga pertumbuhan negara-negara sudah merevisi lebih rendah dari yang direncanakan baik itu global output maupun global regional dan juga pertumbuhan nasional," beber presiden.

Selain asumsi harga minyak dan inflasi, maka yang pasti berubah adalah target kemiskinan. Untuk itu, pemerintah akan segera mengajukan perubahan APBN 2012 ke DPR, lebih cepat dari biasanya. Menurut presiden, umumnya APBN perubahan baru diajukan pertengahan tahun sekitar Juli, namun karena adanya perkembangan situasi dunia dan krisis baru, maka pemerintah akan mengajukan APBN-P 2012 lebih cepat dari biasanya.

"Pemerintah berpendapat dan akan kami ajukan kepada DPR RI untuk percepatan penetapan APBN-P. Menetapkan kembali asumsi yang realistik sesuai dengan keadaan termasuk kebijakan subsidi dan kebijakan tentang BBM dan TDL (Tarif Dasar Listrik)," jelas presiden. Dan dengan semua perkembangan tersebut, menurut Presiden, harga BBM harus dinaikkan. Sementara solusi jangka panjang yakni konversi BBM ke BBG akan terus dilakukan.

"Harga BBM mau tidak mau tentu mesti disesuaikan dengan kenaikan yang tepat, kenaikan tertentu, lantas masyarakat yang terdampak pada kenaikan BBM itu serta inflasi yang lain utamanya masyarakat yang miskin mesti kita berikan Bantuan lansgung sementara masyarakat," ujarnya.

"Dengan persiapan yang baik, dengan perencanaan dibahas bersama DPR dan akan masuk dalam APBNP harapan kita semua ini merupakan solusi untuk penyelamatan dan penganaman ekonomi kita, penyelamatan dan pengamanan APBN kita," imbuh Presiden SBY.  (detikFinance)
      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :

ilustrasi