Ia mengatakan, kegiatan kirab budaya dan ruwat bumi ini diselenggarakan lima tahun sekali oleh Yayasan Tri Bhakti Magelang. Kirab pertama dilakukan pada 2007 dan tahun ini penyelenggaraan kedua dengan tema merawat bumi syukuran.
"Tujuan rawat bumi, untuk berdoa menyejahterakan lingkungan, masyarakat baik pejabat maupun umat supaya hidup lebih sejahtera, rukun, sehat, makmur, dan tidak banyak masalah," katanya.
Ia mengatakan, dalam rangkaian kegiatan ini, pada Sabtu (17/3) malam digelar wayang kulit dengan Ki Warseno dari Solo mengambil lakon "Semar Rawat Jiwo", dengan maksud supaya jiwa yang kotor menjadi bersih.
Kegiatan kirab diawali dengan ritual mulai pukul 06.00 WIB di Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang, kemudian mengeluarkan kongco yang dibawa dari daerah masing-masing.
Kongco tersebut kemudian dipersiapkan di atas "kio" atau tandu di sebelah timur Alun-Alun Magelang untuk persiapan kirab dan sekitar pukul 10.00 WIB acara kirab dimulai diberangkatkan dari halaman Kelenteng Liong Hok Bio.
Satu persatu kongco diarak masing-masing kelompok mengelilingi Kota Magelang dengan diiringi musik genderang yang bertalu-talu dan umat yang memikul kongco pun berjalan sambil bergoyang mengikuti alunan musik.
Kegiatan kirab ini juga diikuti kesenian tradisional, antara lain topeng ireng dan kuda lumping.
Seorang peserta kirab, Endang dari Blora, mengaku berangkat ke Magelang bersama rombongan sekitar 70 orang.
"Kami mengikuti kegiatan ini di Magelang yang kedua kali, pertama tahun 2007," katanya.
Wali kota Magelang Sigit Widyonindito menyambut baik kegiatan tersebut. Kegiatan ini harus dilestarikan dalam rangka menyatukan warga yang tidak membedakan suku, agama, dan golongan.
"Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin tahunan sehingga Magelang menjadi lebih ramai," katanya.
Ribuan masyarakat tampak menyaksikan arak-arakan di sepanjang jalan yang dilalui kirab tersebut. (ant)