Adegan di atas sebagai penggambaran permainan tradisional cublak-cublak suweng yang kerap dimainkan saat bulan purnama. Permainan tersebut sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak masa kini dan tergantikan dengan permainan modern macam video game.
Kali ini dalam ajang Festival Dolanan Bocah, anak-anak dari Sanggar Semarak Candra Kirana kembali memainkannya. Sanggar tersebut hanya satu dari sembilan sanggar seni dan 5 sekolah dasar yang terlibat dalam festival yang digelar pada 18-20 Mei tersebut.
Masing-masing kelompok menampilkan beragam permainan tradisional selama sekitar 20 menit. Ketua panitia festival Mujiono mengatakan dari hasil inventarisasinya setidaknya ada 15 jenis permainan tradisional. “Misalnya jamuran, cublak-cublak suweng, luru-luru mundu, dan jelungan,” katanya.
Dia mengatakan festival di atas sebagai upaya untuk melestarikan beragam permainan tradisional yang pernah populer di masa lalu. Pihaknya juga terus melakukan inventarisasi dan berencana membuat dalam bentuk buku sehingga permainan tradisional anak-anak tidak punah.
Panggung pentas sendiri dibikin layaknya halaman rumah di masa lalu. Terdapat saung dari kayu, tempat duduk-duduk santai para orang tua menonton anak-anaknya bermain. Lantas ada mainan kincir angin kayu setinggi tiga meter dan dua boneka dari jerami di sudut panggung.
Selain Sanggar Semarak Candra Kirana, giliran berikutnya yang tampil adalah sanggar Arena Langen Budaya dan Sasono Puspa Budaya. Tema yang ditampilkan hampir seragam. Yaitu saat bulan tampak bulat utuh atau padang bulan dan anak-anak bermain di halaman. Setelah bosan bermain cublak-cublak suweng, jamuran atau jelungan, lantas mereka bernyanyi dan menari bersama.
Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Surakarta Widdi Srihanto mengatakan dalam dolanan anak tersimpan karakter positif dan sportivitas. “Dolanan anak punya budi pekerti luhur,” dia menuturkan.
Dengan dikemas dalam bentuk tari dan musik, maka dolanan tidak sekadar permainan. Tapi sudah memasukkan unsur seni dan budaya, sehingga anak-anak lebih tertarik.
Dia berharap ajang Festival Dolanan Bocah dapat kembali mengenalkan permainan tradisional anak-anak di masa lalu. Kemudian kembali digemari seperti dulu. “Agar anak-anak tidak hanya bermain permainan modern,” ujarnya. Apalagi permainan tradisional sudah menjadi aset budaya yang disayangkan jika sampai punah. (tempo.co)