"Semangat utama Kartini, sebagaimana yang terdapat dalam tulisan-tulisannya adalah semangat menegakkan hak-hak utama perempuan, seperti hak atas pendidikan, kemandirian ekonomi, hak untuk tidak disakiti dan sikap protesnya terhadap budaya atau adat-istiadat yang mendiskriminasi perempuan", jelasnya
Faktanya kini, adat istiadat atau budaya yang dikecam Kartini masih terus berlangsung. Di antaranya jumlah penyandang buta huruf perempuan, di atas usia 15, masih lebih banyak dibandingkan laki-laki. Data Kementrian Pendidikan Nasional pada 2010 menyebutkan, jumlah perempuan penyandang buta huruf mencapai 5,3 juta, sementara laki-laki 2,9 juta.
Fakta lainnya, masih banyak jumlah perempuan yang menikah di bawah umur juga perempuan yang dipoligami. Hukum perkawinan juga masih bias gender, dan istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) jumlahnya juga tinggi.
Dalam catatan Tahunan Komnas Perempuan 2012, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah tingkat kekerasan yang paling tinggi di Indonesia, yakni sebanyak 113.878 kasus. Sementara kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat sebanyak 5.187 kasus (4,35 persen) dan sisanya dilakukan oleh negara sebanyak 42 kasus (0,03 persen).
Neng Dara mengatakan, sesungguhnya Indonesia sudah memiliki intrumen hukum untuk melindungi perempuan dari kekerasan, seperti UU PKDRT dan peraturan lainnya.
"Instrumen hukum ada, tetapi akses pengetahuan masyarakat terhadap Undang-undang atau peraturan tersebut masih sangat terbatas," tandasnya.
Cara Perempuan Memaknai Semangat Kartini
Simak cara pandang perempuan muda era kini memaknai semangat Kartini. Bagaimana perempuan masa kini memberdayakan dirinya, terinspirasi Kartini yang punya nyali dalam bersikap dengan caranya sendiri, untuk meningkatkan kualitas hidup banyak orang terutama perempuan.
Puteri Pariwisata Indonesia 2011, Melisa Putri Latar
Bagi Putri, RA Kartini merupakan sosok perempuan yang mampu memberikan inspirasi pengembangan diri bagi perempuan Indonesia lainnya. Sikap Kartini punya arti penting bagi Indonesia.
"Kartini memang bukan pahlawan perang yang bertempur mengandalkan fisik. Tapi di era itu, perempuan begitu terkungkung dalam segala hal terkait kebebasan mengemukakan pendapat dan pengembangan diri sebagai manusia, yang sebenarnya punya hak diperlakukan sama. Jadi, hal yang luar biasa ketika buah pikirannya di-share dan akhirnya dibukukan," jelas Putri kepada Kompas Female melalui surat elektronik.
Menurutnya, semangat Kartini yang begitu besar inilah yang semestinya dimaknai secara tepat oleh perempuan muda. Putri mengungkapkan pandangannya, "Di era yang serba canggih, harusnya ada sosok yang melebihi kapasitas dan kapabilitas Kartini. Artinya, bagaimana perempuan Indonesia sekarang mau bertindak spektakuler, tidak populis dan bergerak untuk kepentingan yang lebih besar. Tindakan sederhana, tapi mampu menyentak. Tidak secara fisik, tapi lebih kepada keteladanan sikap dan perilaku."
Konkritnya, lanjut Putri, perempuan Indonesia harus mampu menjadi representasi negara di kancah internasional. "Menjadi perempuan Indonesia yang terpelajar dengan sikap moral yang pantas."
Model, Dominique Agisca Diyose
Model papan atas, Dominique Agisca Diyose punya pendapatnya sendiri. "Kita seharusnya bangga terutama dengan semangat Kartini yang mendobrak emansipasi wanita, bukan untuk menyamai kodrat laki-laki, tapi lebih kepada membebaskan perempuan, dan menyatakan bahwa perempuan juga punya hak asasi," ungkapnya di sela penobatan dirinya sebagai salah satu brand ambassador merek sampo.
Baginya, perempuan Indonesia di era kekinian semestinya juga bisa menunjukkan eksistensinya, salah satunya dengan bekerja penuh dedikasi.
"Perempuan tak harus di rumah, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan berarti di rumah perempuan tidak berbuat apa-apa, tapi lebih kepada perempuan harus punya semangat untuk terus maju dan berkembang. Seperti yang saya lihat dari teman-teman dan lingkungan, semakin banyak perempuan yang bersemangat untuk terus maju," tuturnya.
Bagaimana dengan Anda, apa yang dilakukan untuk meneruskan semangat Kartini yang berani bersikap dan bertindak untuk menjadi perempuan berdaya? (kcm)