Endah Budiarti (24), sang bibi yang mengasuh Hakim sejak kecil menuturkan, sejak masih berusia 2 tahun, Hakim kecil terpaksa berpisah kedua orang tuanya.
Uni Wahyudi Marwan, ayah Hakim adalah karyawan sebuah BUMN. Sedangkan ibunya, Siti Kunfaridah, perawat di Ibu Kota.
"Awalnya keluarga khawatir Hakim tidak bisa mengenyam pendidikan. Apalagi ke dua orang tuanya sibuk," papar Endah.
Karena alasan itulah, Ismi (58) sang nenek membawa Hakim kecil ke Pacitan. Sekarang, Hakim duduk di bangku kelas 2 SLB (sekolah luar biasa).
Mulanya, lanjut Endah, memang butuh kerja keras untuk menumbuhkan rasa percaya diri Hakim. Kultur masyarakat sekitar yang acap kali menjadikan cacat fisik sebagai tontonan menjadi beban berat bagi keluarga.
Saat bertemu orang yang belum dikenal, Hakim spontan bersembunyi dibalik ketiak orang yang menggendongya. Perasaan minder terus menghantui si Hakim kecil.
"Dia sering Tanya, kenapa Hakim nggak punya tangan dan kaki? Trus kami jawab, tangan dan kaki Hakim masih di surga," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Berbekal sikap telaten dalam mendampinginya, kini Hakim tak lagi minder bergaul dengan orang lain. Bahkan di lingkungan maupun sekolah, dia dikenal memiliki banyak teman.
Rutinitas sehari-hari Hakim pun berlangsung layaknya anak normal. Bedanya, untuk kegiatan tertentu, seperti mandi dan makan harus dibantu orang lain. Sedangkan untuk makan dan belajar, Hakim lebih sering didampingi sang nenek.
Keterbatasan fisik tak menjadi alasan bagi Hakim untuk mengasah kemampuan. Dengan posisi duduk dia belajar menulis. Digigitnya sebatang pensil, lantas ditulisnya huruf demi huruf pada kertas diatas meja.
Kemudian dengan posisi tidur miring, Hakim melakukan hal yang sama. Kali ini pensil dipegang dengan dua jari kaki.
"Ini bentuk lingkaran, kalau yang ini kotak," gumam Hakim sambil bekerja keras menulis.
Hakim tetaplah anak-anak yang menyukai dunia permainan. Selain menonton televisi, bocah gendut itu juga terampil memainkan aneka game. Dengan jari kaki, Hakim begitu tangkas memainkan tombol-tombol laptop pada didepannya.
Dibalik keterbatasannya, Hakim adalah sosok cerdas. Selain mampu menghafal ayat-ayat Alquran, dirinya juga mahir merangkai kata layaknya seorang dai ulung.
Kepiawaian berceramah, menjadikannya begitu dikenal. Hingga sekarang sudah puluhan tempat didatangi si ustadz cilik, termasuk diantaranya tampil didepan menteri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Bahkan Menteri Linda Gumelar berjanji menghadirkan Hakim pada Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2012.
"Kalau jadi diajak bu menteri ke Jakarta, Hakim cuma mau minta kursi roda yang pakai remote itu lho. Jadi kalau mau ke kamar mandi Hakim bisa jalan sendiri," harapnya lugas.
sumber: detikSurabaya