Demikian dikatakan oleh juru bicara Tedjowulan, Bambang Pradotonagoro, Kamis 17 Mei 2012. “Saat ini Tedjowulan memiliki gelar baru Sebagai Panembahan Agung,” katanya. Hanya saja, dia belum bisa menjelaskan posisi baru yang dimiliki Tedjowulan dalam keraton.
Menurut Bambang, Tedjowulan meletakkan jabatannya di hadapan Pakubuwana XIII Hangabehi dalam pertemuan yang digelar pada Rabu malam 16 Mei. “Pertemuan itu digelar di salah satu tempat di Jakarta,” kata Bambang. Disebutkan, pertemuan itu juga disaksikan oleh Wali Kota Surakarta Joko Widodo.
Dalam pertemuan tersebut, dua raja yang telah berkonflik selama delapan tahun itu bersepakat untuk melakukan rekonsiliasi. “Ada dua dokumen yang ditandatangi oleh kedua belah pihak,” kata Bambang.
Dokumen pertama yang ditandatangani oleh kedua raja tersebut adalah nota kesepahaman rekonsiliasi. Sedangkan dokumen kedua berupa sebuah maklumat. “Rencananya, maklumat tersebut akan dibacakan pada Selasa pekan depan agar diketahui oleh publik,” kata Bambang.
Hanya saja, Bambang mengaku tidak tahu secara persis isi kedua dokumen tersebut. “Pembahasan dan penandatanganannya dilakukan secara tertutup oleh mereka berdua,” katanya. Sedangkan publikasi atas dua dokumen tersebut juga akan dilakukan sesegera mungkin.
Hanya saja, Bambang mengaku belum tahu secara resmi mengenai jabatan baru yang akan disandang Tedjowulan di dalam keraton. “Semalam masih ada diskusi mengenai penyebutan jabatan,” katanya. Yang pasti, lanjutnya, Tedjowulan akan menjadi orang kedua di dalam keraton.
Salah satu putera Pakubuwana XII yang ikut dalam pertemuan tersebut, Suryo Wicaksono menyebutkan jika Hangabehi dan Tedjowulan sudah menyepakati jabatan baru untuk Tedjowulan. Mereka sepakat jika Tedjowulan akan menjadi wakil raja. “Istilah dalam keraton adalah sebagai Pepatih Dalem,” kata kerabat keraton yang saat ini menetap di Jakarta itu kepada Tempo.
Hasil dari kesepakatan tersebut menurutnya akan dibacakan dalam kegiatan Jumenengan yang akan digelar pertengahan Juni mendatang. “Diantaranya adalah pemberian gelar baru dan pengangkatan Tedjowulan sebagai Pepatih Dalem,” kata pria yang akrab dipanggil Gusti Nenok tersebut.
Semula, proses rekonsiliasi tersebut menurutnya akan dilakukan di Surakarta. “Namun karena ada beberapa pertimbangan, kami menganggap jika Jakarta lebih kondusif,” katanya. Ditambah lagi, saat itu Wali Kota Surakarta Joko Widodo yang diminta untuk menjadi saksi juga tengah berada di Jakarta.
Menurutnya, upaya rekonsiliasi dua raja itu sudah sejak lama dilakukan dengan difasilitasi oleh pemerintah. “Kami sebagai keluarga keraton yang menetap di Jakarta juga sering dilibatkan,” kata Wicaksono. Hanya saja, selama ini proses rekonsiliasi selalu gagal lantaran salah satu kubu enggan hadir.
Sayangnya, Wali Kota Surakarta Joko Widodo yang disebut ikut menandatangani kesepakatan rekonsiliasi itu belum bisa dikonfirmasi. Dia tidak mengangkat telepon maupun menjawab pesan singkat yang dikirimkan.
Menurut informasi yang diperoleh Tempo, Jokowi ikut dalam pertemuan tersebut dengan menggunakan baju kotak-kotak yang biasa digunakannya selama pemilihan calon Gubernur DKI Jakarta. Selain Jokowi, ikut pula salah satu kerabat keraton yang juga bekas Wakil Ketua Majelis Mermusyawaratan Rakyat (MPR), Mooryati Sudibyo.
Selama ini, Tedjowulan menyandang gelar sebagai Pakubuwana XIII yang berkeraton di Sasana Purnama yang berada di kawasan Badran Kottabarat. Sedangkan Keraton Kasunanan Surakarta dikuasai oleh Pakubuwana XIII Hangabehi. Dengan rekonsiliasi tersebut, kemungkinan Tedjowulan akan segera kembali masuk ke Keraton Kasunanan.
Selama ini Tedjowulan berkarir di bidang militer dengan pangkat kolonel. Saat ini dia masih bertugas di Markas Besar TNI di Jakarta. Lulusan Akabri tahun 1981 tersebut memiliki nama kecil Soerjo Soetedjo. (tempo.co)