Itulah yang membuat beberapa warga secara berkelompok berbuat tanpa aturan.
"Tinggal satu yang tidak dibakar di negeri ini, Istana, karena tentu dijaga ketat. Pos polisi dibakar, Kemendagri dilempari, kantor kecamatan dibakar," ucap JK.
Hal itu disampaikan dia dalam talkshow yang digelar di kediaman anaknya di Jl Sekolah Duta V No 42A, Pondok Indah, Jaksel, Minggu (5/8/2012).
Jarena itulah tugas besar bangsa ini untuk mendisiplinkan kembali warga yang keluar dari aturan dan malah memegang hukum rimba. JK pun mengkritisi masalah ekonomi, di mana diamelihat ada keragu-raguan pemerintah dalam mengurangi subsidi BBM.
"Keragu-raguan untuk mengurangi subsidi. Yang dibuat hanya mengkaji-mengkaji tidak pernah ada putusan," kritiknya.
NasDem Siap Terima JK
Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan NasDem, Ferry Mursyidan Baldan, mengklaim ada 26 orang yang pindah ke NasDem melalui dirinya. Dalam acara buka bersama, Ferry membuka pintu NasDem lebar-lebar untuk Jusuf Kalla.
"Kita ingin mengatakan partai Nasdem ini terbuka jadi jangan dilihat secara terlalu sakral. Kita juga tidak meracuni partai lain untuk pindah. Begitu juga untuk pak JK, Nasdem siap untuk menerima JK," tutur Ferry.
Hal itu disampaikan dia dalam talkshow yang digelar di kediaman anak JK di Jl Sekolah Duta V No 42A, Pondok Indah, Jaksel, Minggu (5/8/2012).
Menurut Ferry, selain ada 26 orang pindah NasDem melalui dirinya, 100 orang pindah partai melalui Surya Paloh. Untuk diketahui bukan ?kali ini saja JK disangkutkan dengan NasDem. Sebelumnya sempat dikabarkan JK dilirik NasDem untuk dicapreskan pada 2012.
Menanggapi apa yang disampaikan Ferry, JK hanya berucap singkat. "Saya hanya ingin berkarya untuk negeri," katanya.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Akbar Faisal yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyebut JK bukan saja milik Golkar. "Pak JK bukan saja milik Golkar, bukan juga milik Nasdem tapi juga milik Hanura," terangnya.
JK pun kembali angkat suara. Dia mengaitkan situasi yang ada sekarang ini dengan politik luar negeri. Menurutnya, ada kesalahan dalam kebijakan luar negeri di manas semua dianggap sebagai kawan dan tidak ada lawan. Karena itu para diplomat sulit berkata tidak.
"Pedagang lebih baik 1.000 teman baik tapi satu lawan kebanyakan, ini masih ada bicara adanya lawan. Kebijakan ini membingungkan para diplomat yang tidak bisa mengatakan tidak karena semua teman," tutur Ketum PMI ini.
Karena para diplomat RI sulit berkata tidak akhirnya banyak negara yang jadi tidak menghargai. Prinsip yang dikatakan sebagai soft power pun tidak dianggap.
"Apa yang salah dalam politik dln negeri saat ini? Ini presidensial, tapi pemerintah sengaja membentuk batasan lawan atau kawan. Seperti Gerindra, Hanura lawan," kritik JK.
sumber: detikNews