“Ini bentuk komitmen dari janji kami untuk tetap melakukan pembayaran. Jumlah tersebut merupakan bagian dari sisa keseluruhan berkisar 900 miliar rupiah, yang akan selesai dalam skema pembayaran hingga akhir tahun ini. Dalam pembayaran ini, 500 berkas dengan nilai aset di bawah 500 juta rupiah telah lunas,” kata Direktur MLJ, Andi Darussalam Tabusala, saat dihubungi Minggu (17/6/2012).
Menanggapi pembayaran oleh PT MLJ, Bupati Sidoarjo Syaifullah mengungkapkan apresiasinya terhadap langkah MLJ melanjutkan pembayaran bagi warga.
“Karena merasa ikut bertanggung jawab, saya sempat ke Jakarta untuk menanyakan kelanjutan pembayaran ini. Ternyata dari yang saya tahu Keluarga Pak Nirwan habis-habisan cari duit untuk membantu warga. Keterlambatan yang sempat ada karena Pak Andi (direktur MLJ) sedang dirawat di Singapura, setelah saya cek anak buahnya sudah menyiapkan keperluan dana bagi warga,” ujarnya di Sidoarjo, Sabtu.
Menurutnya, warga tidak perlu mengkhawatirkan kelanjutan pembayaran berikutnya. MLJ sudah membuat komitmen memakai notaris di hadapan Menteri PU, dan Pemprov Jatim dan forum pimpinan daerah lainnya. Sangat disayangkan masih ada warga yang melakukan aksi sampai jalan kaki ke Jakarta.
"Itu karena ketidaktahuan mereka terhadap iktikad Keluarga Bakrie. Bahkan sebenarnya banyak warga korban lumpur yang sekarang lebih makmur, rumahnya lebih bagus daripada sebelumnya. Jadi intinya warga tidak perlu khawatir, semua akan dilunasi hingga akhir tahun ini,” ucap dia.
Salah satu penerima ganti rugi, H Suprapto, 58 tahun, penghuni RT 12/ RW 3 Desa Jatirejo Kecamatan Porong, membenarkan telah menerima transfer pembayaran itu. Pria yang telah menempati rumah barunya yang asri di RT20/ RW10 Desa Wonomlati, Kecamatan Krembung ini mengaku tidak pernah meragukan komitmen MLJ terhadap warga korban lumpur.
“Kalau dijual normal, belum tentu aset rumah dan tanah saya bisa laku 230 juta seperti yang diberikan MLJ. Ini ganti untung,” ujarnya.
Pensiunan pabrik gula ini menjelaskan, putra pertamanya yang berprofesi guru SMP telah ia belikan rumah seluas 90 meter persegi dan membangun rumah.
“Selain itu saya telah berhasil membawa anak ke-3 saya menjadi guru SMKN 1 di Krian, dan menguliahkan yang bungsu di jurusan Psikologi, Universitas Negeri Surabaya.
Tidak jauh berbeda, Imron Rosyadi, 43 tahun, kini warga Desa Kenongo, Kecamatan Tulangan, RT8/RW3 mengaku optimis Keluarga Bakrie akan tetap memperhatikan nasib warga.
“Saya selalu ingat wasiat Almarhumah Hajah Rosmiah, ibunda dari Pak Nirwan yang meminta apapun yang terjadi, harus tetap menyelesaikan masalah ini. Saat Ultah ke-83, beliau meminta agar keluarga tetap membayar kerugian warga, “ katanya.
Pengusaha persewaan alat pesta pernikahan ini tidak mengira, sejak lumpur menenggelamkan rumahnya di RT6/ RW2, Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin pada Juni 2006, kini perekonomiannya semakin membaik seiring kemajuan usahanya.
sumber: tribunnews