Ada kelompok seniman yang beraksi dihutan seolah-olah sedang menghibur warga, polisi yang nyasar sampai ke tengah pemakaman, dan lain-lain. “Jadi model tersesat ada yang pas saat lewat di situ tiba-tiba tembus entah kemana. Atau dari luar daerah tiba-tiba nyasar tembus di situ,” kata Lilik Pujianto, Kepala Desa Kedungbacin, Blora.
Cerita-cerita aneh di luar nalar di kampungnya sudah ada sejak dulu. Dari cerita para leluhur desa, daerah sekitar hutan tersebut adalah sebuah kota gaib yang menjadi tempat tinggal banyak makhluk halus. Kota tersebut cukup megah dan besar. Namun hanya orang-orang tertentu yang memiliki kelebihan saja yang bisa melihatnya. Masyarakat biasa tak bisa melihat, hanya sering mendapat gangguan saja saat melintas. “Ya antara percaya dan tak percaya. Seperti itu kata orang-orang tua dahulu,” katanya.
Semantara dari pihak kepolisian Polsek Todanan menganggap peristiwa tersebut adalah murni akibat sopir yang salah jalur hingga akhirnya tersesat didalam hutan. Hal ini disampaikan oleh Aipda Suyadi, Kanit Reskrim yang mewakili Kapolsek Todanan, AKP Daryoto. Di duga, sopir tak paham kondisi medan saat mengambil jalan pintas untuk menghindari kemacetan di jalur Juwana-Rembang. “Sopir sudah kami mintai keterangan. Yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan tak terpengaruh narkoba atau alkohol. Polisi menyimpulkan peristiwa itu murni karena sopir yang salah jalan,” kata Suyadi.
Kesimpulan polisi ini karena jalan-jalan di kampung setempat jika ditelusuri memang bisa tembus ke jalur Juwana-Rembang. Meski disangkutpautkan dengan hal mistis, polisi tetap berpikir logis untuk menyikapi peristiwa itu. Menurut polisi yang akrab disapa Yadi ini, dari arah Juwana, ketiga kendaraan tersebut seharusnya bisa ke arah Batangan (ke utara) untuk menuju jalur Pantura. Atau pilihan lain adalah melalui Sulang di Kabupaten Rembang yang memang berkelok-kelok. Di lokasi inilah diduga sopir salah mengambil jalan yang menuju ke arah Kecamatan Todanan. “Seharusnya sopir berbelok ke arah Sumber, tapi sopir malah ke arah Todanan hingga sampai ke tengah hutan,” katanya.
Hutan Mbogan Langganan Kendaraan Nyasar
Kejadian kendaraan nyasar di tengah hutan Mbogan, Desa Kedungbacin, Kecamatan Todanan, Blora, ternyata acap kali terjadi. Namun peristiwa Kamis (22/6/2012) kemarin adalah yang paling aneh karena yang nyasar adalah dua buah truk tronton pengangkut semen cair dan bus Pahala Kencana sarat penumpang hingga membuat masyarakat gempar.
Kedungbacin sebenarnya hanyalah sebuah desa kecil yang berpenduduk sekitar 3 ribu jiwa. Jarak antara satu rumah dengan rumah lain cukup berjauhan. Rumah-rumah warga pun hanya terbuat dari kayu, bukan pondasi batu bata. Desa ini dikelilingi oleh hutan jati. Untuk menjangkaunya butuh perjuangan ekstra bagi kendaraan karena kondisi jalan berasapal sudah rusak parah, tinggal batu-batu besar yang menjulang di jalan.
Pun demikian dengan jalan di tengah hutan tempat truk tronton dan bus Pahala Kencana nyasar. Jalan itu adalah jalan utama yang menghubungkan antara Desa Kedungbacin dan Desan Kali Nanas. Jalan hanya memiliki lebar sekitar 1,5 meter saja. Bahkan jika sebuah mobil bak terbuka ukuran kecil melintas dan berpapasan dengan motor, salah satu harus mengalah menepi. “Desa ini jauh dari jalan raya. Jalannya juga tak bercabang-cabang. Tapi kenapa sering ada orang yang nyasar sampai di alas Mbagon ini,” kata Puji Supar, warga Kedungbacin. Menurut pria berbadan agak tambun ini, kejadian kendaraan nyasar di tempat itu bukanlah yang kali pertama. Sebelum menimpa truk dan bus nahas kemarin, beberapa hari sebelumnya sebuah mobil keluarga yang hendak ke Blora Kota juga nyasar sampai di hutan Mbogan. “Pas tak tanya, sopirnya juga malah bingung. Kok bisa sampai di sini (hutan Mbogan),” kata pria paruh baya ini terheran-heran. Namun kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus motor tersesat. Bahkan jumlahnya tak terhitung. Pria yang akrab disapa Supar ini melanjutkan, rata-rata mereka yang tersesat adalah penduduk dari luar daerah. Orang luar daerah biasanya lewat jalan itu untuk menuju ke desa-desa diseberang desa Kedungbacin. Mereka ada yang tersesat di tengah hutan, tengah sawah, hingga ke pemakaman.
“Makanya, kadang banyak orang luar daerah tak berani kalau malam-malam melintas. Mereka takut tersesat. Kalau warga sekitar sudah terbiasa,” kata Supar lagi. Tapi pasca kejadian bus dan truk nyasar itu, sejumlah warga mulai sedil muncul rasa takut untuk melintas saat malam hari. Warga baru melintas jika memang sangat perlu atau melintas mengajak teman. Sebab, peristiwa kendaraan berat nyasar sampai ke hutan Mbangon baru kali pertama terjadi.
Saman, warga Sendangrejo menambahkan, dahulu juga pernah ada cerita rombongan penyedia hiburan tanggapan televisi video untuk acara yang pernah tersesat di dalam hutan. Saat itu, mereka mengaku disewa oleh warga setempat untuk hiburan hajatan semalaman. Mereka pun melayani sesuai pesanan. “Padahal saat itu tak satupun warga yang menggelar hajatan. Mereka nyetel video ditengah hutan. Tapi anehnya mendapat bayaran uang betulan (asli),” katanya. Selain cerita-cerita tersebut, masih ada sederet cerita lain yang temanya sama, yakni tersesat. Ada kelompok seniman yang beraksi dihutan seolah-olah sedang menghibur warga, polisi yang nyasar sampai ke tengah pemakaman, dan lain-lain. “Jadi model tersesat ada yang pas saat lewat di situ tiba-tiba tembus entah kemana. Atau dari luar daerah tiba-tiba nyasar tembus di situ,” kata Lilik Pujianto, Kepala Desa Kedungbacin. Cerita-cerita aneh di luar nalar di kampungnya sudah ada sejak dulu. Dari cerita para leluhur desa, daerah sekitar hutan tersebut adalah sebuah kota gaib yang menjadi tempat tinggal banyak makhluk halus. Kota tersebut cukup megah dan besar. Namun hanya orang-orang tertentu yang memiliki kelebihan saja yang bisa melihatnya. Masyarakat biasa tak bisa melihat, hanya sering mendapat gangguan saja saat melintas. “Ya antara percaya dan tak percaya. Seperti itu kata orang-orang tua dahulu,” katanya.
Semantara dari pihak kepolisian Polsek Todanan menganggap peristiwa tersebut adalah murni akibat sopir yang salah jalur hingga akhirnya tersesat didalam hutan. Hal ini disampaikan oleh Aipda Suyadi, Kanit Reskrim yang mewakili Kapolsek Todanan, AKP Daryoto. Di duga, sopir tak paham kondisi medan saat mengambil jalan pintas untuk menghindari kemacetan di jalur Juwana-Rembang.
“Sopir sudah kami mintai keterangan. Yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan tak terpengaruh narkoba atau alkohol. Polisi menyimpulkan peristiwa itu murni karena sopir yang salah jalan,” kata Suyadi. Kesimpulan polisi ini karena jalan-jalan di kampung setempat jika ditelusuri memang bisa tembus ke jalur Juwana-Rembang. Meski disangkutpautkan dengan hal mistis, polisi tetap berpikir logis untuk mensikapi peristiwa itu. Menurut polisi yang akrab disapa Yadi ini, dari arah Juwana, ketiga kendaraan tersebut seharusnya bisa ke arah Batangan (ke utara) untuk menuju jalur Pantura. Atau pilihan lain adalah melalui Sulang di Kabupaten Rembang yang memang berkelok-kelok. Di lokasi inilah diduga sopir salah mengambil jalan yang menuju ke arah Kecamatan Todanan. “Seharusnya sopir berbelok ke arah Sumber, tapi sopir malah ke arah Todanan hingga sampai ke tengah hutan,” katanya.
Sumber: Tribunnews