Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta - Konflik antara Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum Anas Urbaningrum tak bisa ditutup-tutupi lagi.

Pernyataan SBY dan Anas yang seolah berbalas pantun tentang elektabilitas Demokrat berbanding lurus dengan kinerja pemerintah menunjukkan adanya konflik internal Demokrat.
Rabu, 20 Juni 2012

Konflik SBY-Anas Tak Bisa Ditutupi Lagi
"Sebenarnya itu perang antara panglima Partai Demokrat. Ini dua ketua sedang berperang," terang pakar filsafat politik UI, Doni Gahral Adian dalam suatu acara di Jakarta Pusat, Selasa (19/6/2012).

Apa yang disampaikan SBY, kata dia, sebenarnya dengan jelas diarahkan kepada Anas. Yakni dengan menggiring opini publik untuk pelan-pelan melengserkan Anas dari kursi ketua umum.

"Mungkin melalui opini publik, akhirnya dengan begitu dia (Anas) akan bisa dilengserkan. Itu jelas ada keretakan, supaya citra partai dan citra SBY bisa diselamatkan. Jawaban Anas sudah menunjukkan ada perpisahan diantara kita," sambungnya.

Doni memprediksi dalam beberapa bulan ke depan konflik antara SBY dan Anas akan makin kentara. "Kita lihat seberapa jauh perang ini akan berlanjut," ujarnya.

Anas Melawan Secara Halus?

Inilah cara Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum melawan secara halus pembunuhan karakter yang dihadapinya. Ia tidak mau menjadi kambing hitam atas anjloknya elektabilitas Partai Demokrat saat ini.

Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang digelar 2-11 Juni 2012, Partai Demokrat yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan Umum 2009, berada di urutan ketiga dengan 11,3 persen jika pemilu digelar saat ini.

Tidak hanya LSI, hasil lembaga survei lainnya juga menunjukkan suara diprediksi bakal menurun. Jebloknya suara Demokrat diperkirakan karena beberapa kader terseret kasus korupsi seperti Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin. Memang hasil survei sekarang bukanlah hasil Pemilu 2014. Terbukti, pada 2008, hasil survei LSI yang memprediksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan menang pemilu dengan dukungan sebanyak 24.5% tidak terbukti.

Survei LSI pada 2008 tersebut menempatkan Demokrat pada posisi ketiga setelah Partai Golongan Karya yang didukung 20,67 persen. Suara Demokrat diperkirakan rendah karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Faktanya, Partai Demokrat meraih suara terbanyak pada Pemilu 2009 sebesar sekitar 20 persen. Hal ini karena Presiden SBY yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat menurunkan harga BBM beberapa bulan menjelang pemilu.

Itulah survei politik, apa yang terjadi hari ini belum tentu seperti hasil survei. Apa yang terjadi dan hasil yang akan diperoleh pada Pemilu 2014 nanti tidak bisa dipastikan. Namun kendati demikian, Demokrat harus menjadikan berbagai hasil survei sebagai bahan evaluasi.

Konflik internal antara kubu Anas dan kubu yang tidak puas dengan kepemimpinan Anas di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) harus segera dihentikan. Tidak mudah untuk melengserkan Anas karena ada aturan yang berlaku di partai. Sampai saat ini, tuduhan miring bahwa kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu terlibat kasus korupsi bersama Nazaruddin belum terbukti.

Meski sulit digulingkan, namun posisi Anas terus digoyang. Anjloknya popularitas dan elektabilitas partai menjadi peluru untuk menembak Anas. Peluru tersebut dipakai oleh Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat dengan menggelar pertemuan di Hotel Sahid Jakarta pekan lalu. Anas diundang dalam acara tersebut, tetapi milih tidak datang karena ada acara lain. Begitulah cara Anas melawan secara halus, meski menilai pertemuan tersebut merupakan suntikan positif untuk DPP namun dia tak bersedia hadir dalam forum tersebut.

Perlawanan halus Anas tak berhenti sampai di situ. Dia juga menilai jebloknya popularitas partai akibat konflik internal. Karena itu, ia meminta seluruh kader untuk konsentrasi bekerja untuk rakyat, tidak larut dalam kisruh yang ada.

"Terus menjaga soliditas dan kekompakan internal sebagai dasar bagi kerja-kerja organisasi yang makin baik dan bisa dilihat masyarakat bukan partai yang berkonflik," ujarnya, Senin (18/6/2012). Selain itu, Anas berpendapat turun elektabilitas partai dipengaruhi oleh kinerja pemerintahan SBY. Jika SBY mengeluarkan kebijakan yang populer, diperkirakan elektabilitas partai akan meningkat kembali.

Pada 2012 ini, Presiden SBY berencana untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Kebijakan pemerintah tersebut mendapat penolakan keras dari rakyat dan secara otomatis mempengaruhi popularitas Demokrat.

"Memastikan pemerintahan Presiden SBY yang juga Ketua Wanbin PD untuk terus meningkatkan kinerja, sehingga bisa menaikkan tingkat kepuasan rakyat," katanya.

Dengan kata lain, Anas tentu tidak mau apa yang terjadi di Demokrat saat ini semata-mata karena kasus-kasus korupsi yang menjerat kader Demokrat semata. Melainkan juga, sangat dipengaruhi oleh tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan SBY-Boediono. [inilah]
Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Anas Urbaningrum
      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :