"Jangan bangun solidaritas, orang mau kerja mau mencari nafkah ya biarkan dan jangan memaksa melakukan tindakan sama," tegasnya. Guna meningkatkan produksi tempe, lanjut Suswono pemerintah juga akan menghapuskan bea masuk kedelai hingga akhir tahun 2012.
"Tadi pagi sudah rapat, bea masuk akan dihapus sementara sampai akhir tahun," ungkapnya
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan, menilai permasalahan pola konsumsi yang terlalu berlebihan juga memicu terjadinya kelangkaan produk kedelai saat ini.
Hal itu diperparah dengan anomali cuaca yang tidak mendukung produksi kedelai pada tahun ini. Gita pesimistis dengan pengenaan tarif bea masuk barang impor dari lima persen menjadi nol persen, karena tidak akan terlalu berpengaruh meredam kenaikan harga saat ini. Karena tidak didukung dengan penyesuaian pola konsumsi masyarakat.
"Saya rasa, elastisitas permintaan ini harus benar-benar diukur. Kalau harga meningkat, apakah kita akan mengubah pola konsumsi," kata dia di Jakarta, Rabu 25 Juli 2012. Ditambahkan Gita, kenaikan harga di pasar saat ini, juga tidak bisa dikompensasi dengan kebijakan tersebut.
"Sekarang kalau harganya naik 200 persen atau lebih, apakah itu akan memberikan efek dengan pemberian bea masuk, saya rasa tidak. Itu sangat kecil sekali presentasinya," tambahnya.
DPR Desak Peningkatan Lahan Tanaman Kedelai
Ketua Komisi IV DPR RI, Romahurmuziy, mendesak pemerintah segera menyelesaikan permasalahan kenaikan harga kedelai di dalam negeri. Pengaturan tata niaga kedelai diharapkan dapat merangsang keinginan petani untuk menanam bahan baku utama tempe dan tahu itu.
"Jangan serahkan harga kedelai kepada mekanisme pasar internasional, karena akan makin menciptakan ketergantungan penuh pada impor sebagaimana terjadi saat ini," ujar Romahurmuziy dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Rabu, 25 Juli 2012.
Romi menjelaskan, produksi kedelai nasional terus menurun dari 1,4 juta ton pada 1990 menjadi 851 ribu ton pada Angka Tetap (ATAP) 2011. Sementara konsumsi nasional mencapai 2,4 juta ton pada 2011.
Dengan rata-rata produktivitas hanya 1,368 ton/ha pada 2011, sulit meminta petani dalam negeri bersaing head to head dengan produksi AS yang merupakan produk residual dengan skala industri. Catatan Romi, luas kepemilikan lahan petani dalam negeri rata-rata hanya 0,3 ha, sementara di AS rata-rata 60 ha.
"Petani tidak berminat menanam kedelai karena keuntungan yang diperoleh lebih kecil dibanding komoditas lain. Apalagi harga kedelai impor lebih murah dibanding kedelai lokal," katanya.
Rata-rata biaya pengusahaan kedelai lokal mencapai Rp5500/kg, sedangkan kedelai impor pada kondisi normal berkisar Rp4000-5000/kg. Pemerintah dapat memperkuat pemenuhan kedelai nasional dengan cara berikut.
Pertama, meningkatkan program perluasan lahan tanam kedelai di luar Jawa sekaligus meningkatkan produktivitas. Guna memenuhi konsumsi kedelai nasional, diperlukan minimal 1,25 juta ha lahan tanam dengan produktivitas 2 ton/ha.
"Upaya penambahan lahan kedelai di Jawa akan sia-sia karena lahannya tidak ada dan kalah bersaing dengan padi, yang juga sedang terus ditingkatkan produksinya demi mendapai surplus beras 10 juta ton pada 2014,” kata Romi.
Kedua, penerapan tata niaga kedelai dlm rangka peningkatan taraf hidup petani kedelai untuk merangsang peningkatan produksi kedelai nasional. Romi juga mendukung aksi mogok yang dilakukan oleh para perajin tahu dan tempe sebagai sinyal kenaikan harga kepada konsumen.
"Kenaikan harga kedelai harus dimanfaatkan sebagai momentum peningkatan pendapatan bagi petani kedelai," katanya lagi.
Romi pun berharap bahwa harga kedelai dapat dijaga di level Rp. 6500-an/kg, untuk dapat menciptakan gairah menanam petani kedelai lokal. (VIVAnews)