Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta - Warga penganut Syiah di Sampang, Madura, kembali mengalami kekerasan.

Sekitar 200 warga anti-Syiah menyerbu permukiman milik komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Minggu, 26 Agustus 2012.
Selasa, 28 Agustus 2012

Tragedi Sampang, Pemerintah Gagal Lindungi Minoritas
Tak terima diserang, pemuda Syiah pun membalas. Setidaknya dua penganut Syiah meninggal akibat sabetan celurit. Sekitar 10 rumah juga terbakar. "Kerugian lain belum tahu karena kami masih bersembunyi," kata sumber Tempo, berinisial HI, yang minta identitasnya disembunyikan agar tidak menjadi sasaran balas dendam.

Akibat aksi itu, Hamamah, 45, --kawan dekat pemimpin Syiah setempat, Ustad Tajul Muluk-- meninggal setelah terkena sabetan senjata tajam dari kelompok penyerang. Sedangkan korban kritis bernama Tohir, Mat Siri, Abdul Wafi, dan ibunda Ustad Tajul Muluk. Sejumlah warga Syiah mengalami cedera akibat terkena lembaran batu.

Salah satu saksi, Zain, pengajar pesantren Syiah, menuturkan bahwa penyerangan terjadi mulai pukul 08.00 WIB. Ketika itu, sebagian besar warga Syiah sedang merayakan Lebaran ketupat. Tiba-tiba, dari arah sebelah timur yang tertutupi perbukitan, muncul ratusan orang. Mereka menyebar dengan berjalan melintasi persawahan sambil mengacungkan celurit dan berteriak. "Sekarang bukan hanya rumahnya, tapi orangnya juga harus habis," tutur Zain, menirukan teriakan itu.

Melihat itu, Zain bersama beberapa warga Syiah, termasuk korban tewas, bersembunyi di salah satu bagian rumah Tajul Muluk, yang selamat dari amuk massa dalam penyerangan sebelumnya. "Mereka tidak langsung duel, tapi melempari kami dulu dengan batu," kata Zain.

Akibat lemparan batu itu, sejumlah orang Syiah mengalami cedera. Salah satunya Hamamah, yang akhirnya tewas dibantai. "Kami sembunyi dalam sungai, kami selamat setelah polisi datang," tutur Zain.

Meski selamat, Zain mengaku kecewa terhadap aparat kepolisian karena baru tiba di lokasi pukul 15.00 WIB atau delapan jam setelah penyerangan. "Semua rumah jemaah Syiah dibakar pakai bensin, sekitar 50 rumah, termasuk rumah saya," katanya.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Hilman Thayib, menuturkan kronologi yang berbeda dengan Zain. Menurut Hilman, awalnya sebanyak 20 anak warga Syiah yang menumpang minibus berangkat meninggalkan kompleks untuk belajar ke pesantren Syiah yang ada di luar Sampang. Tapi mendadak ada 30 sepedamotor yang menghadang dan memerintahkan mereka kembali pulang. Pemuda-pemuda anti-Syiah kemudian mengejar minibus ini dan merusak pemukiman Syiah.

Pasca-penyerangan, polisi menerjunkan ratusan personel di lokasi kejadian dan dibantu personel dari Komando Distrik Militer setempat. Seluruh warga Syiah juga diungsikan ke Gelanggang Olahraga Sampang.

Pembakaran rumah milik warga Syiah bukan pertama kali terjadi di Sampang. Sebelumnya, akhir Desember tahun lalu, massa anti-Syiah membakar rumah Tajul Muluk, pemimpin Syiah Sampang. Tajul tengah menjalani vonis 2 tahun penjara dalam kasus penodaan agama.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menilai pemerintah gagal melindungi penganut Syiah sehingga kasus penyerbuan kembali berulang di Sampang. "Pemerintah tak boleh diskriminatif dalam melindungi warga negara," kata Ketua Komisi Ifdhal Kasim kepada Tempo, Minggu, 26 Agustus 2012.

Menurut Ifdhal, pemeluk Syiah di Sampang jelas-jelas memiliki hak dilindungi sebagai warga negara. Pemerintah daerah dan Kementerian Agama harus bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan terbaru ini. "Jangan sampai ada kesan blaming the victims (menyalahkan korban)," ujarnya. "Harus ada pengusutan serta proses hukum yang jelas terkait pembunuhan warga Syiah ini."

Aksi kekerasan yang menimpa warga penganut Syiah di Sampang bukan kasus baru. Sejumlah aksi penyerbuan dan pembakaran serupa pernah terjadi di tempat yang sama pada 29 Desember 2011. Tragedi Sampang ini melengkapi deretan aksi kekerasan yang menimpa kaum minoritas di Indonesia, mulai kaum Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, sampai penganut kristen yang gerejanya di Yasmin, Bogor, dilarang berdiri.


sumber: tempo.co
Massa menyaksikan puing pemukiman warga Syiah yang dibakar, kaum Sunni, di Desa Karanggayam, Omben Sampang, Jatim, (26/8). ANTARA

      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :