Sementara Saifuddin, warga Manukan mengaku, cadangan air yang ada di kampung maupun di rumah kini sudah kering. Masalahnya, kalaupun meminta pasokan air dari PDAM dengan memanfaatkan truk tangki, sulit masuk ke kampungnya. Padahal, dia mengaku tiap bulan membayar tagihan PDAM.
"Dulu ada warga di kampung saya yang punya hajatan, pernah meminta pasokan air saat PDAM menghentikan aliran. Tapi nyatanya, air yang diminta tidak diantar," tegas Udin.
Surabaya Terancam Krisis Air
Mulai Sabtu (20/10) pukul 18.00 WIB, PDAM Surabaya akan melakukan pemadaman aliran air. Ini karena pekerjaan relokasi pipa terkait proyek pembangunan saluran drainase di Balongsari Tama yang dilaksanakan PPLP (Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Dinas PU Jawa Timur.
Ada 120 area di Surabaya yang akan terkena dampak pemadaman aliran air ini. Jika relokasi pipa berjalan lancar, distribusi aliran air sudah kembali menyala pada hari Minggu (21/10) pukul 12.00 WIB.
Banyaknya area yang terkena dampak pemadaman, mendapat kritikan dari Dewan Pelanggan PDAM.
Sekretaris Dewan Pelanggan PDAM, Darmantoko mengatakan, masalahnya bukan pada teknis relokasi pipa PDAM. Namun, pada timing pengerjaan yang menurutnya tidak pas.
Ini karena saat ini memasuki puncak kekeringan sehingga sumber-sumber air seperti sumur gali dan telaga di Surabaya Barat, kini kering. Imbasnya, suplai kebutuhan air sangat minim.
"Dengan kondisi itu, relokasi pipa PDAM ini akan menimbulkan krisis air minum yang serius hampir di seluruh kawasan di Surabaya," ujar Darmantoko, Jumat (19/10/2012) siang
Dikatakan Darmantoko, PDAM memang menyiapkan 19 truk tangki untuk memasok kebutuhan air warga Surabaya. Namun, dari estimasinya, 19 mobil dengan kapasitas 5.000 liter hanya mampu mensubstitusi air minum sekitar 40.000 orang saja. Artinya, puluhan ribu pelanggan lainnya terancam menghadapi krisis air minum.
“Nah, selama pemadaman, puluhan ribu pelanggan PDAM Surabaya yang mau mandi, cuci dan buang air besar pakai apa? Air PDAM mati sementara air sumur kering kerontang,” ujar Darmantoko.
Menurutnya, PDAM Surabaya seharusnya menunda dulu relokasi pipa air minum PDAM sampai turun hujan beberapa hari. Sehingga, pelanggan PDAM punya kesempatan untuk memanfaatkan sumur gali dan sumber air telaga yang ada.
Dia juga menyarankan, direksi PDAM agar melaksanakan manajemen krisis perpipaan. Yakni dengan menyewa sambungan pipa serbaguna yang sering dipakai perusahan jasa perminyakan. Sambungan pipa serbaguna di satu sisi disambungkan ke pipa yang dipotong dari instalasi Karang Pilang I,II dan III. Selanjutnya, pipa-pipa itu disambungkan ke pipa potongan pipa distribusi di ujung lainnya sehingga air minum tetap mengalir ke pelanggan PDAM.
“Dengan manajemen krisis perpipaan PDAM itu, maka pelanggan PDAM tidak perlu khawatir dengan berbagai kemungkinan yang bakal dihadapi PDAM Surabaya. (tribunnews)