Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta - Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Tjatur Sapto Edy merasa terganggu dengan insiden munculnya sejumlah anggota kepolisian di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia menyambangi KPK setelah mendengar berita tersebut ramai di media.

"Saya punya kewajiban tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata dia, Sabtu dini hari, 6 Oktober 2012.
Sabtu, 06 Oktober 2012

Pimpinan Komisi Hukum Resah KPK Dikepung Polisi
Menurut Tjatur, ia baru saja mengikuti pembicaraan dengan pimpinan KPK dan beberapa pihak kepolisian Kepolisian Daerah Bengkulu. Tapi dia belum puas dengan hasil pertemuan itu. Sepulangnya dari KPK, ia berencana langsung menemui Kepala Kepolisian Jenderal Timur Pradopo. "Saya masih mau mengumpulkan informasi. Saya sudah hubungi beliau,"kata dia bergegas keluar dari gedung KPK.

Dari pembicaraan dengan pimpinan KPK tadi, politikus dari Partai Amanat Nasional ini menangkap ada salah paham antara dua institusi ini terkait dengan penyidik kepolisian yang bertugas di KPK. Ia menyayangkan peristiwa malam ini terjadi.
"Saya punya kepentingan agar dua mitra ini bersinergi. Kalau polisi dan KPK berkelahi terus, kerja mereka tidak efektif," kata dia.

Perseteruan antara Markas Besar Kepolisian dan KPK muncul setelah KPK menjadikan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Inspektur Jenderal Djoko Susilo sebagai tersangka kasus simulator pembuatan surat izin mengemudi. Djoko Susilo, diperiksa kemarin. Malamnya, polisi tiba-tiba mendatangi dan mengepung kantor lembaga antirasuah ini. Rupanya yang datang aparat dari Kepolisian Daerah Bengkulu yang ingin menahan penyidik kasus simulator uji mengemudi Novel Baswedan atas tuduhan kasus penganiayaan terhadap enam orang di Bengkulu.

Novel: Saya Sudah Menyangka Bakal Dikriminalisasi

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan sudah menyangka bakal ada upaya kriminalisasi terhadap dirinya. Kepolisian Daerah Bengkulu menduga Novel terlibat penganiayaan dalam kasus pencurian sarang burung walet saat bertugas di Kepolisian Resor Bengkulu pada 2004. Meski demikian anggota polisi berpangkat Komisaris itu siap menghadapi tuduhan tersebut. “Saya siap menghadapi,” katanya kepada Tempo di Gedung KPK Sabtu 6 Oktober 2012 dini hari.

Novel menegaskan dirinya tidak terlibat dalam kasus tersebut. “Saya tidak berada di lokasi kejadian,” ujarnya. Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Bengkulu Komisaris Besar Dedy Irianto menuding Novel menembak tersangka yang terlibat kasus pencurian. Dedy juga membantah penangkapan Novel sebagai bentuk kriminalisasi KPK. “Tidak ada tendensi, murni kriminal,” katanya dalam jumpa pers di Mabes Polri Sabtu dini hari.

Kepolisian berusaha menciduk Novel dengan menggeruduk Gedung KPK, tempat Novel bekerja. Usaha ini digagalkan Ketua KPK Abraham Samda bersama anggota lain sepetri Bambang Widjojanto. Bahkan kalangan penggiat anti korupsi, aktivis mahasiswa ikut membentengi Gedung KPK dari penggerebekan Polisi. Bambang mengatakan upaya pencidukan Novel telah direncanakan beberapa hari. Bahkan selain di Gedung KPK, rumah Novel di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara juga dikepung sejumlah anggota polisi. “Ini bentuk kriminalisasi KPK,” kata Bambang.

Versi KPK, Surat Penggeledahan Polisi Tanpa Nomor

Kedatangan sejumlah polisi ke KPK ternyata tak didasari surat penggeledahan yang mendapat persetujuan pengadilan. "Nomornya pun belum ditulis," kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dalam keterangan pers di KPK, Sabtu dini hari. Sontak para pendukung KPK berteriak ''hu...!". Puluhan personel polisi sudah meringsek masuk ke ruangan steril kantor KPK. Mereka hendak menangkap seorang penyidik KPK Novel Baswedan. Pada mulanya, hanya tiga orang berpakaian lengkap berada di ruangan steril KPK. Tetapi, jumlahnya bertambah banyak setelah puluhan polisi berpakaian batik dan preman berusaha merangsek masuk.

Ketika dikonfirmasi, Novel membenarkan ia hendak ditangkap. "Sudah ada polisi di bawah," katanya, Jumat malam ini.  Saat ini KPK maupun Polri memberi penjelasan mengenai peristiwa Jumat tengah malam ini. KPK juga mengungkapkan bahwa Novel diteror dalam beberapa hari terakhir.

Mabes Polri Jelaskan Pengepungan KPK

Jakarta -Markas Besar Kepolisian RI mengelar konferensi pers mengenai peristiwa pengepungan kantor Komisi Pemberantasan Korupsi Sabtu dini hari ini. Konpers akan dipimpin langsung Kepala Divisi Hubungan Masyarakat, Brigadir Jenderal Suhardi Alius dan Direktur Reserse Kriminal Umum Daerah Bengkulu, Komisaris Besar Dedy Irianto.

"Setelah KPK konpers kami mulai, kronologis akan disampaikan langsung oleh pelaku," kata Suhardi Alius di kantor Divisi Humas Polri, Sabtu, 6 Oktober 2012.

Polda Bengkulu dikabarkan hendak menangkap Komisaris Novel Baswedan yang diduga terlibat penganiayaan dalam kasus pencurian sarang burung walet pada 2004. Polisi ingin menangkap penyidik KPK ini karena mendapat laporan dan tuntutan dari keluarga dan masyarakat di Bengkulu. "Kami sudah koordinasi dengan Polda Metro Jaya," kata Dedy.
Puluhan polisi dari Polda Bengkulu dan Polda Metro Jaya mendatangi kantor KPK untuk berkoordinasi penangkapan Novel. Selama berjam-jam polisi mencoba berkoordinasi lalu meninggalkan kantor KPK karena didatangi wartawan dan para penggiat anti korupsi. (tempo)
sejumlah Aktivis melakukan aksi penyelamatan KPK di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (6-10-2012) dini hari

      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :