Sejak pagi hari, keluarga pasien miskin ini sudah mendatangi kantor Dinkes ditempat itu. Namun, upaya keluarga pasien yang sempat dijanjikan bisa masuk rumah sakit kanjuruhan milik Pemkab Malang, harus menjalani prosedur berbelit terkait administrasi saat berobat.
"Kami ingin tahu sejauh mana SPM ini berlaku. Masalahnya, masih banyak keluarga pasien miskin yang tidak bisa berobat. Terus, langkah Dinkes seperti apa nanti," ungkap Widi Prasetyo, salah seorang keluarga pasien, Senin (1/10/2012).
Merasa tak ada kepastian nasib keluarga miskin penderita penyakit kronis separti gagal ginjal dan sejenisnnya, keluarga pasien pun mengeluarkan kotak penggalangan dana. Mereka berkeliling seluruh ruangan dinkes. Ironisnya, sejumlah staf banyak yang menolak memberi sumbangan.
Mereka bahkan menyuruh keluarga pasien miskin pengharap SPM turun dan meminta sumbangan secara resmi. Anehnya, mengetahui disorot kamera sejumlah wartawan televisi, keluarga pasien yang sudah keluar dari kantor Dinkes, justru disuruh masuk lagi.
Seorang staf perempuan meminta keluarga pasien masuk kedalam kantor. Sambil membawa amplop yang katanya berisi duit, ia lantas memasukkan amplop kedalam kotak kardus. "Ini dari Kadinkes. Sekedar sumbangan saja," ucap perempuan staf Dinkes.
Mendapat sumbangan sukarela, keluarga pasien miskin pun senang. Padahal, surat pernyataan miskin sangat mereka butuhkan untuk mendapatkan pengobatan gratis. Penggalangan dana ala pengemis terpaksa mereka lakukan karena minimnya perhatian pemerintah akan nasib keluarga miskin yang meregang nyawa lantaran sulitnya berobat dirumah sakit saat ini.
Pasien Mengemis, Dinkes Malang Beri Satu Juta Rupiah
Aksi mengemis dana untuk pasien kronis pengidap gagal ginjal dari keluarga pasien miskin, akhirnya dilanjutkan di pertigaan jalan raya panji, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (1/10/2012) siang. Ironisnya, bukan segera memberikan kelonggaran administrasi sebagai sarat memperoleh Surat Pernyataan Miskin (SPM) dari Dinkes setempat, keluarga pasien miskin ini justru diberi uang satu juta rupiah yang kabarnya titipan dari Kadinkes Kabupaten Malang, Mursidah.
Uang satu juta rupiah mungkin sangat berarti bagi pasien cuci darah. Namun, jumlah pengidap penyakit kronis ini yang cukup banyak, rasanya tak masuk akal dibandingkan biaya berobat mereka yang sudah berbulan-bulan, terombang-ambing di tengah rasa sakit hingga berujung maut.
Mengemis yang dilakukan keluarga pasien miskin ini terpaksa dilakukan setelah Dinkes setempat, tak juga memberikan kepastian tentang jaminan kesehatan daerah bagi pemegang SPM. Rumah Sakit Daerah Kanjuruhan milik Pemkab Malang yang juga kurang tanggap merespon nasib orang miskin saat jatuh sakit, menjadi penyebab semrawutnya penanganan kesehatan diwilayah ini.
"Kita hanya dijanjikan mau dibuatkan surat SPM saja. Janji itu sudah lama dan selalu itu-itu saja. Padahal, keluarga pasien butuh transfusi darah secepatnya," ungkap Dina, salah seorang keluarga pasien miskin, Senin (1/10/2012) siang saat mengemis dana dari pengguna jalan raya.
Kata Dina, seluruh dana yang terkumpul akan diberikan seluruhnya pada keluarga pasien cuci darah kritis. "Mudah-mudahan bisa membantu keluarga pasien. Nanti akan kita gilir siapa yang harus turun meminta sumbangan sukarela ini," tegasnya.
Hal senada juga ditegaskan Widi Prasetyo. Menurutnya, Dinkes mengalihkan pasien dirawat di Rumah Sakit Kanjuruhan. Tapi, dari Dinkes sendiri tidak bisa memastikan kapan hal itu bisa diujudkan. "Kata Dinkes sudah diupayakan. Keluarga pasien sendiri khawatir karena ini menyangkut nyawa manusia. Kalau memang SPM itu bisa digunakan berobat, harus ada kejelasan dan jangan sampai memberatkan keluarga pasien miskin," paparnya.
Sementara itu, menggunakan kotak kardus bekas, keluarga pasien miskin ini akhirnya turun ke jalan meminta sumbangan ala pengemis di jalan raya. Uang yang terkumpul sebanyak Rp.1.500.000 akan diberikan seluruhnya pada pengidap gagal ginjal.
Dana yang terkumpul sebanyak itu satu juta rupiah diantaranya berasal dari Kadinkes Kabupaten Malang yang diberikan melalui stafnya. Sisanya, uluran tangan para dermawan pengguna jalan raya saat aksi mengemis dana mereka lakukan. [beritajatim]