Raja dan ratu yang hadir diantaranya dari Kesultanan Banten, Cirebon, Padjajaran dan Jawa Barat. Hadir juga Sukmawati Sukarno Putri selaku Abhiseka Ratu Majapahit Nusantara.
Raja Majapahit Bali, Shri I Gusto Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III dalam sambutannya meminta maaf atas terjadinya perang bubat di bumi Jawa Timur. "Karena Majapahit saat itu yang mengundang dan terjadilah peristiwa perang bubat," ungkapnya, tadi petang.
Menurutnya, terjadinya perang bubat karena Diah Pitaloka putri Prabu Siliwangi akan dipersunting oleh Raja Majapahit, Hayam Wuruk. Dalam perjalanan, Patih Gajah Mada meminta agar Prabu Siliwangi mengakui kebesaran Kerajaan Majapahit dengan menyerahkan Diah Pitaloka. Permintaan itu ditentang Diah Pitaloka.
"Inilah yang menjadi cikal bakal, terjadinya perang bubat. Kerajaan Majapahit yang sebelumnya diserahkan ke Bali, maka hari ini akan kita kembalikan ke bumi Majapahit karena tanah Jawa adalah pusat, pancer jagat Nusantara. Semua pemimpin tidak akan mendapat restu jika tidak dari tanah Jawa," tegasnya.
Raja Majapahit yang baru menerima gelar Sang Dharna Adi Karya Wijaya Mukti ini meminta agar bersatu dalam persaudaraan, menyongsong sabdo palon noro genggong. Bersatu karena kebangkitan Indonesia ada di depan, hal tersebut sebagai tanda leluhur akan bangkit.
Sementara itu, Sukmawati Sukarno Putri menyampaikan, acara tersebut selain untuk memperingati hari pahlawan, juga untuk memperingati catatan sejarah era Majapahit dengan Padjajaran. "Indonesia merdeka pun sudah tidak ada masalah, pencampuran suku Jawa-Sunda sudah tidak ada masalah tapi ini napak tilas sejarah menuju perdamaian," jelasnya.
Sukma berharap, selanjutnya kedepan agar keturunan raja se Nusantara bisa travelling ke tanah pusaka, Mojokerto. Tujuannya, bukan saja rakyat Indonesia yang bersatu tapi para keturunan bangsawan tersebut juga mempunyai sejarah sehingga persaudaran kaum bangsawan juga harus dijaga karena mereka juga bangsa Indonesia. [beritajatim]