Jakarta - Banjir yang merendam wilayah Pacitan sebagian besar mulai surut. Ketinggian air kini hanya berkisar 20 sampai 30 cm di Kecamatan Pacitan.
"Banjir sebagian besar sudah surut menyisakan genangan di wilayah Kecamatan Pacitan dengan ketinggian kurang lebih 20 sampai 30 cm, hal ini disebabkan area cekungan yang tidak ada drainase sehingga air tidak bisa keluar," kata Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Sabtu (2/12/2017).
Meski banjir surut, lumpur sisa banjir masih banyak terdapat di rumah warga. Lumpur tersebut bercampur dengan material sampah yang juga berjumlah banyak.
"Kondisi lumpur sisa banjir dan material sampah banjir yang sangat banyak di perumahan warga terdampak. Kehidupan perekonomian, jasa, pemerintahan berangsur-angsur menuju normal," imbuhnya.
Sutopo menyebut saat ini para pengungsi sudah tak kekurangan logistik. Ketersediaan logistik masih cukup untuk 6 hari ke depan. Hanya saja air minum dan air bersih masih jadi kebutuhan mendesak
"Kebutuhan mendesak air minum dan air bersih untuk pembersihan lingkungan,pakaian dan buku sekolah, alat bera, dan penampungan air bersih," lanjutnya.
Banjir dan longsor yang terjadi di Pacitan diketahui menelan 25 korban jiwa. Korban terbaru yang berhasi ditemukan tim SAR yakni 4 korban longsor di Kecamatan Kebonagung.
Keempat korban yakni, pasangan kakek nenek Parno (73) dan Kasih (70), anaknya Sukesi (41), dan cucunya Rozak (17). Seluruh korban ditemukan di satu lokasi. Mereka merupakan satu keluarga warga RT 03/06, Dusun Duren, Desa Klesemm Kecamatan Kebonagung.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turut berbelasungkawa atas bencana banjir dan longsor di wilayah Pacitan, Jawa Timur. Mereka berharap pemerintah cepat memberi perhatian terhadap para korban, khususnya anak-anak.
"Kami menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya sejumlah warga Pacitan akibat musibah banjir dan longsor," kata Ketua KPAI Susanto, Kamis (30/11/2017).
"Ini merupakan bencana terparah di Pacitan. Sebelumnya pernah terjadi banjir tahun 1965 tetapi tidak separah tahun ini," sambung Pria yang lahir di Pacitan yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Ponpes Al-Fattah Pacitan ini.
Dikatakan Susanto, KPAI berharap semua pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, BPBD, organisasi peduli bencana dan lembaga bantuan sosial memberi layanan cepat kepada warga dan anak-anak. Diketahui, akses warga tertutup di sejumlah titik.
"Anak-anak kesulitan mendapatkan layanan dasar, was was, takut dan cemas atas kejadian ini. Putusnya akses jalan, membuat kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan dasar, seperti makanan, minuman, obat-obatan dan layanan lain. Distribusi bantuan juga mengalami kesulitan," ucap Susanto. (detik/bsr1)