Kediri -- majalahbuser.com, Salah satu metode tanam yang kian digemari petani adalah hidroponik, karena tidak menggunakan tanah. Metode ini cocok bagi mereka yang mempunyai lahan sempit. Tanaman yang ditanam pun beragam, mulai dari sayuran hingga buah-buahan.
Eko Susanto, salah seorang warga Desa Plosorejo Kecamatan Gampengrejo mengembangkan metode tanam ini. Niat awalnya adalah untuk memanfaatkan lahan kosong serta ingin mengenalkan hidup sehat dengan mengonsumsi tanaman hidroponik.
“Karena tanaman hidroponik dijamin 100% bebas pestisida, itulah mengapa tanaman ini sehat. Sedangkan kita tahu, pestisida berbahaya untuk tubuh manusia,” katanya, (20/6).
Menurut Eko, cara ini memberikan hasil panen yang optimal karena nutrisi yang dibutuhkan tanaman langsung tersedia di media tanam. Dengan menggunakan floating system, cara ini juga irit listrik dan air. Perawatannya pun mudah karena tidak memerlukan penyiraman.
“Pengairan kita pakai sistem otomatis, bisa disetting. Perawatan hanya pindah tanam dan pemberian nutrisi,” jelasnya.
Saat ini Eko tengah menanam selada, sawi, bayam dan kangkung. Ia juga telah menanam terong dan tomat. Dibandingkan dengan terong yang biasa kita jumpai di pasar, waktu yang dibutuhkan untuk memasak terong hidroponik ini lebih singkat. Sedangkan tomat, lebih awet dan tidak mudah busuk.
“Tomat hidroponik bila dibiarkan di luar tanpa harus disimpan di kulkas, bisa tahan lebih dari satu bulan. Sedangkan tomat biasa, 10 hari saja sudah busuk,” tambahnya.
Eko mengembangkan hidroponik bersama istrinya. Pria 45 tahun tersebut juga membangun greenhouse di halaman rumahnya untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
“Kalau pun ada hama, biasanya diobati dengan ramuan yang kita bikin sendiri, bisa dari bahan tembakau atau lengkuas. Intinya tidak memakai bahan kimia,” ujar ayah dua anak ini.
Usaha pengembangan hidroponik ini pun mendapat dukungan dari aparat Desa Plosorejo. Mereka bergotong rotong membuat pipa yang digunakan sebagai tempat menanam. Kades Plosorejo Arief Siregar mengatakan pihaknya juga belajar ke Dinas Perdagangan dan Dinas Pertanian terkait pemasaran tanaman hidroponik.
“Ada empat titik di Desa Plosorejo yang kami kembangkan sebagai sentra hidroponik. Kami juga tengah mengelola limbah lele untuk digunakan sebagai nutrisi tanaman hidroponik. Kedepan, hidroponik ini akan dikenalkan ke sekolah-sekolah dan instansi, nantinya juga dijadikan wisata edukasi. Tidak hanya membawa produknya, tapi mereka juga belajar bagaimana menanam dengan metode hidroponik,” pungkas Arief. (Kominfo/Adv)