Peristiwa tersebut dapat digagalkan oleh Roni Setiawan, suami pelaku, yang kemudian membawa para korban ke Rumah Sakit Baptis guna mendapat pertolongan. Karena kondisi kesehatan kedua anak balita cukup parah, keduanya dirujuk ke RS Gambiran, sementara ibunya dirujuk ke RS Bhayangkara.
Sri Rahayuningsih, bibi Tri Kurniawati, menuturkan, kejadian tersebut bermula pada pagi sekitar pukul 09.00. Kedua balita, yaitu Pandu Setiawan (4,5) dan Mira Ivana (3,5), diberi susu yang dicampuri racun. Seusai memberikan susu kepada kedua anaknya, Tri Kurniawati kemudian turut menenggak racun tersebut. Saat kejadian berlangsung, suasana rumah sepi karena Roni Setiawan tengah ada keperluan di luar rumah.
"Kalau Tri, racunnya ditaruh di kapsul obat diabetes yang telah dibuang isinya lalu diganti dengan racun itu. Saat ditemukan Roni, dia sudah lemas," kata Sri saat ditemui di RS Bhayangkara.
Sri menambahkan, peristiwa itu terjadi karena faktor ekonomi dan permasalahan lain yang tengah mendera keluarga yang tinggal di Banaran dengan cara mengontrak itu. Sri mengaku selama ini sering mendapat aduan tentang kondisi rumah tangganya.
"Suaminya bekerja sebagai pedagang asongan. Kata Tri, dia sering marah-marah," tutur Sri.
Dari peristiwa tersebut, polisi telah mengamankan beberapa bukti berupa racun tikus merek Timex beserta sisa susu. Kasusnya saat ini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak.
"Kami masih mendalami dan menunggu perkembangan kesehatan dan psikologi yang bersangkutan," kata Ajun Komisaris Besar Ratno Kuncoro, Kapolres Kediri Kota.
Polisi Patungan Bantu Keluarga Percobaan Bunuh Diri
Kondisi rumah tangga Tri Kurniawati, seorang ibu di Kota Kediri, Jawa Timur, yang mencoba bunuh diri bersama kedua anak balitanya itu sangat memprihatinkan. Bahkan polisi setempat tengah menggalang bantuan untuk warga Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren itu.
Kepala Polres Kediri Kota AKBP Ratno Kuncoro mengatakan, pihaknya telah melakukan kroscek lapangan dan mengetahui detail latar belakang peristiwa itu. Keluarga tersebut tergolong ekonomi lemah dan cukup memprihatinkan.
"Tadi kami sudah cek rumah yang bersangkutan, serta melihat sisi ekonominya," kata Ratno Kuncoro, Minggu (23/12/2012).
Dari cek lapangan itu diketahui bahwa keluarga tersebut tinggal dengan cara mengontrak rumah seukuran 5 x 3 meter dengan biaya sewa Rp 200 ribu per bulan. Listrik juga dikenai biaya tambahan Rp 20 ribu per bulan. Di dalam rumah itu, kata Ratno, ketersediaan bahan pangan hanya didapati berupa beras yang tinggal tersisa satu gelas saja, dan itu tidak akan mencukupi empat orang anggota keluarga. Selain itu, utangnya juga tercecer di beberapa warung lingkungannya.
"Sedangkan penghasilan suaminya sebagai pedagang asongan hanya Rp 15 ribu sehari, dan suka marah-marah," tandas Ratno Kuncoro.
Setelah mengetahui latar belakang kasus itu, pihaknya akan mengedepankan pendekatan sosiologis sebagai solusi daripada sisi pidananya. Ia juga telah mengimbau kepada jajarannya agar menyisihkan bantuan untuk keluarga tersebut.
"Tadi suaminya sudah berjanji tidak marah-marah lagi dan istrinya juga berjanji tidak mengulangi lagi. Makanya saya mengimbau jajaran untuk melakukan saweran seikhlasnya," katanya. (kompas)