Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Makassar – Ironis. Dua kelompok pemuda di Makassar, Sulawesi Selatan, terlibat tawuran di Hari Sumpah Pemuda, Minggu 28 Oktober 2012.

Lebih menyedihkan lagi, tawuran terjadi dini hari saat azan Subuh berkumandang jelas di telinga para pemuda yang terlibat bentrok itu.
Senin, 29 Oktober 2012

Tawuran Pemuda di Hari Sumpah Pemuda
Azan itu bahkan tak mampu meredam keberingasan mereka yang menyerang aparat polisi dengan batu, panah, dan petasan. Padahal polisi datang ke lokasi untuk meredam tawuran sekaligus membubarkan aksi para pemuda yang mengganggu ketertiban dan keamanan.

Lebih jauh lagi, seorang wartawan televisi juga terluka terkena sabetan anak panah salah satu pemuda itu. Wartawan itu kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara.

Lihat perbuatan tidak terpuji dua kelompok pemuda itu di tautan video ini. (VIVA)


Sumpah Pemuda di Puncak Gunung Sinabung

Sebanyak 350 pemuda dari berbagai daerah di Sumatera dan Jawa mendaki Gunung Sinabung di Tanah Karo, Sumatera Utara, sejak Minggu dini hari, 28 Oktober 2012.

Ratusan pemuda itu hendak memperingati Sumpah Pemuda dengan menggelar upacara di puncak Gunung Sinabung. Tak hanya itu, mereka juga membersihkan sampah-sampah yang ada di sekitar gunung, dan memutar film bertema lingkungan hidup di puncak gunung itu.

“Kami lakukan peringatan Sumpah Pemuda di puncak Gunung Sinabung untuk memupuk rasa cinta terhadap lingkungan di kalangan pemuda,” kata Ketua Tim Semak Adventure, Yudha Lesmana.

Para pemuda membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk mendaki Gunung Sinabung yang berketinggian 2.460 meter dari permukaan laut itu. Sayangnya beberapa peserta gagal mencapai puncak gunung karena stamina kurang dan medan sulit.

Mereka yang tak mampu mendaki puncak gunung pun akhirnya berhenti di pos-pos peristirahatan di sepanjang rute pendakian. “Upacara peringatan Sumpah Pemuda ini dimulai pagi tadi dan berjalan lancar. Saat tiba di puncak kami disambut cuaca cerah yang sangat mendukung,” ujar Yudha.

Ada beberapa peserta ekspedisi daki gunung itu yang berasal dari Filipina. Meski tidak ikut merayakan Sumpah Pemuda, namun mereka tertarik dengan kegiatan yang digagas oleh Semak Adventure itu. (VIVA)


Sumpah Pemuda, Merah Putih Raksasa Digelar di Puncak Penanggungan

Upacara bendara untuk memperingati hari Sumpah Pemuda di Kabupaten Mojokerto dilaksanakan di puncak Gunung Penanggungan. Upacara yang digelar dari ketinggian 1.653 meter dari permukaan laut ini dihadiri oleh 450 peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Ratusan peserta ini mulai bergerak mendaki sejak Sabtu (26/10/2012) pukul 17.00 WIB. Para pendaki ini hampir menghabiskan waktu selama 5 jam untuk mencapai puncak dengan suhu udara dingin disertai angin kencang.

Sejak pukul 07.00 WIB pagi tadi, Wakapolres Mojokerto Kompol Eryek Kusmayadi memimpin sebagai inspektur upacara. Dalam sambutannya, Eryek menyampaikan terkait banyaknya makna penting yang terkandung dalam Sumpah Pemuda.

Eryek menekankan kepada generasi muda agar selalu cinta tanah air. Menurut dia, cinta tanah air merupakan sebagian dari ibadah.

Selain itu, Eryek juga menyayangkan jikalau generasi muda lebih menggandrungi bahasa dan budaya asing dibandingkan budaya Indonesia sendiri.

"Sangat disayangkan jika para generasi muda lebih menyukai budaya asing. Kita ini Bangsa Indonesia, sepatutnya kita bangga dengan budaya kita," kata Eryek yang menggebu-gebu di hadapan para peserta upacara, Minggu (28/10/2012).

Usai melangsungkan upacara bendera, 450 peserta upacara ini membentangkan Bendera Merah-Putih dengan panjang dan lebar 42x25 meter di atas puncak. Usut punya usut, bendera ukuran raksasa ini juga pernah dibentangkan di dalam air di Pulau Sebatik dan Pantai Pasir Putih.

"Ini bukti bahwa para pemuda harus cinta tanah air. Bendera yang dibentangkan ini, sebagai simbol persatuan dan kesatuan. Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita," lanjut Eryek.

Usai melaksanakan upacar bendera dan membentangkan Bendera Merah Putih berukuran raksasa, para pendaki langsung turun dari puncak gunung berjenis Stratovolcano atau gunung berapi tidur ini. Butuh waktu 3 hingga 4 jam dan tenaga ekstra untuk para pendaki tersebut sampai ke basecamp pendakian. (detikSurabaya)
ilustrasi: tawuran di universitas negeri makassar
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :