Washington - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengingatkan tentang dua pekan ke depan yang akan sangat menyakitkan seiring AS berjuang menghadapi lonjakan kasus virus corona. Bahkan Gedung Putih mengingatkan bahwa virus mematikan ini bisa menewaskan hingga 240 ribu warga AS.
"Ini akan menjadi dua pekan yang sangat menyakitkan, sangat, sangat menyakitkan," kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (1/4/2020).
"Saya ingin semua warga Amerika bersiap untuk hari-hari sulit yang ada di depan," imbuh Trump.
Para pakar kesehatan terkemuka AS mengatakan bahwa keputusan untuk terus melakukan social distancing merupakan satu-satunya cara untuk menghentikan virus yang sangat mudah menular ini.
"Tidak ada vaksin atau terapi ajaib. Hanya perilaku, masing-masing perilaku kita diterjemahkan menjadi sesuatu yang mengubah perjalanan pandemi virus ini selama 30 hari ke depan," ujar Deborah Birx, koordinator respons coronavirus di Gedung Putih.
Dalam konferensi pers itu, Birx menampilkan grafik yang menunjukkan kisaran 100 ribu hingga 240 ribu kematian karena virus corona di AS, dengan mempertimbangkan upaya-upaya mitigasi yang diambil saat ini.
Spesialis penyakit menular, Anthony Fauci mengatakan bahwa mitigasi sebenarnya berhasil dan bahwa otoritas tengah "melakukan segala yang kami bisa untuk membuatnya (angka kematian) secara signifikan di bawah itu."
Data terbaru CNN pada Selasa (31/3) waktu setempat, menyebut 811 kematian baru dilaporkan dalam satu hari. Total jumlah korban meninggal akibat virus Corona di AS saat ini mencapai 3.815 orang. Jumlah ini tercatat melebihi jumlah korban meninggal dalam tragedi 9/11 yang mencapai lebih dari 2.900 orang.
Sementara itu, jumlah total kasus virus corona di AS kini mencapai 184.343 kasus. Jumlah tersebut tersebar di seluruh 50 negara bagian AS ditambah Washington DC dan sejumlah wilayah AS lainnya.
Lebih dari 30 negara bagian di AS memerintahkan warganya untuk tetap di rumah demi menangkal penyebaran virus Corona. Langkah tegas semacam ini berdampak pada perekonomian dan menjadikan jutaan orang untuk sementara tidak mendapatkan upah. (ita/ita/detik)