Kediri -- majalahbuser.com, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) menggelar Pameran Arkeologi di Basement Simpang Lima Gumul Kediri. Bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, pameran bertema "Memupuk Persatuan dalam Keberagaman Budaya" ini akan dilaksanakan hingga tanggal 11 September 2017.
Pembukaan pameran diselenggarakan pada Kamis (7/9) dan dihadiri oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kab. Kediri, Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kediri dan Kepala Balitbangda Kab. Kediri.
Kepala Puslit Arkenas I Made Geria, MSi menyampaikan bahwa pameran arkeologi merupakan upaya untuk memasyarakatkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh para peneliti di lingkungan Puslit Arkenas dan Balai Arkeologi di seluruh Indonesia.
"Kegiatan ini adalah bagian dari mediasi hasil riset kami untuk dikenal masyarakat, dengan harapan dapat menumbuhkan kepedulian masyarakat dan pelajar agar melek dengan peradabannya, mencintai dan kemudian dapat memaknainya," terangnya.
Kabupaten Kediri dipilih sebagai tempat penyelenggaraan pameran karena dianggap strategis.
"Saya sangat mengapresiasi Kabupaten Kediri, karena ekosistem budaya, ekosistem peradaban bergulir disini. Terlihat dari even nasional seperti Festival Panji yang menjadi ikon masyarakat Kabupaten Kediri, sangat luar biasa. Artinya kepedulian masyarakat cukup tinggi terhadap kebudayaan. Karya-karya sastra adiluhung hampir semua dari Kediri seperti Baratayuda, Gatutkaca Sraya, Smaradahana. Itu semua jangan sampai dilupakan," urai I Made Geria.
Senada dengan I Made Geria, menurut Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ir. Koessetyanti sejarah dan kebudayaan Kediri memiliki potensi yang luar biasa untuk dilestarikan dan harus didukung dengan pengenalan yang baik.
"Kediri adalah salah satu wilayah yang pernah mempunyai puncak-puncak peradaban tinggi pada masa lalu dan telah diwariskan pada kita, harta karun yang tak ternilai harganya. Kebudayaan Kediri ini bahkan mampu mewarnai khasanah ragam budaya nasional," kata Ir. Koessetyanti.
Peradaban besar yang tumbuh di Kabupaten Kediri meninggalkan jejak-jejak budaya materi dan non materi. "Pemkab Kediri bekerjasama dengan dengan Puslit Arkenas, Balai Arkeologi Yogyakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan untuk melaksanakan penelitian dan pelestarian warisan di Kabupaten Kediri, antara lain Situs Tondowongso, Situs Adan-Adan, Situs Tunglur dan Gereja Puhsarang yg saat ini akan diusulkan menjadi cagar budaya tingkat nasional," lanjutnya.
Sesaat kemudian dilaksanakan pengguntingan melati oleh Ir. Koessetyanti sebagai tanda dibukanya Pameran Arkeologi secara resmi. Memasuki area pameran, terlihat deretan foto berjajar di dinding, sebagai dokumentasi kegiatan penelitian yang dilaksanakan Puslit Arkenas di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya juga menyajikan informasi tentang peninggalan bersejarah seperti situs, artefak, kehidupan pada masa-masa kerajaan, dan konsep Bhinneka Tunggal Ika.
Tampak puluhan pelajar tingkat SD, SMP dan SMA memenuhi area pameran. Didampingi guru, mereka menyimak penjelasan dari pegawai Puslit Arkenas tentang benda-benda yang dipamerkan. Beberapa terlihat asyik membaca buku tentang peninggalan dan kebudayaan Indonesia di Zona Baca.
Di salah satu sudut, terlihat beberapa pengunjung pameran menyaksikan pemutaran film tentang Kerajaan Sriwijaya. Salah satu petugas mengatakan, tiap hari akan diputar film dengan cerita yang berbeda.
Untuk diketahui, Pameran Arkeologi berlangsung tanggal 7 - 11 September 2017 mulai pukul 09:00 - 20:00 WIB di Basement SLG Kabupaten Kediri. Tema "Memupuk Persatuan dalam Keberagaman Budaya" adalah sebagai pengingat, terutama bagi generasi muda bahwa keberagaman adalah keniscayaan dan anugerah Tuhan yang diberikan pada bangsa Indonesia.
Keberagaman dengan balutan persatuan adalah modal untuk terus maju menjadi bangsa yang besar, yang menghargai berbagai perbedaan. Penyelenggaraan pameran ini diharapkan menjadi inspirasi sekaligus motivasi untuk terus memupuk persatuan di tengah-tengah keberagaman yang kita miliki. (Kominfo/adv)