Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti, menyampaikan, masterplan pembangunan bandara sudah jadi. Bandara internasional baru itu akan dibangun di Kulonprogo seluas 637 hektare.
"Pak gubernur sudah setuju dengan masterplan yang dipresentasikan tadi," kata Herry, saat ditemui usai presentasi di Kepatihan.
Ia menjelaskan, konsep bandara yang akan dibangun adalah international airport dengan dual linear terminals (terminal ganda). Sementara itu, untuk kapasitas penumpang yakni 10 juta orang per tahun dan akan dapat dikembangkan hingga tahap ketiga menjadi 20 juta penumpang per tahun.
"Namun, untuk anggaran belum dihitung secara rinci. Perhitungan akan dilakukan setelah detail desain selesai dibuat," urai Herry.
Ia memaparkan, bandara baru itu nantinya akan dibuat dengan moda transportasi lain, yaitu kereta api. Selain itu, pada pembangunan tahap kedua akan dilengkapi dengan jalan tol yang akan dibicarakan lebih lanjut dengan Kementerian Pekerjaan Umum.
"Jalan lama akan diperlebar, dari dua jalur menjadi empat jalur. Sedangkan untuk pembebasan lahan sedang dibahas bersama bupati Kulonprogo," tuturnya.
Berdasarkan hasil studi kelayakan yang dilakukan oleh konsultan dari Republik Ceko, keputusan dari seluruh aspek dalam pembangunan bandara ada di Pemda Kulonprogo.
"Bandara baru ini akan memiliki daya tampung 28 pesawat. Terdiri atas 11 garbarata dan 17 di sisi samping landasan," urai Herry. Ia menambahkan, untuk panjang runway atau landasan paju adalah 3.250 meter dengan lebar 45 meter.
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengatakan, lokasi pembangunan bandara yang telah dipaparkan pada masterplan berada di Kecamatan Temon, antara Pantai Congot hingga Pantai Glagah. Meliputi empat desa yang wilayahnya terkena proyek pembangunan, antara lain Desa Palihan, Sindutan, Jangkaran, dan Glagah.
"Status tanah lokasi pembangunan bandara adalah 40 persen Paku Alam Ground dan sisanya tanah rakyat," imbuhnya. (art/VIVA)