Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp. 081 234 700 500 - Email : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2019 @ majalahbuser.com
Tuhan melimpahkan seluruh alam beserta seluruh isinya untuk dinikmati manusia. Salah satunya adalah tembakau.

Tak sekedar menjadi kebutuhan manusia, tembakau telah menjadi mata pencaharian ribuan petani di Indonesia. Melalui industri rokok yang menyerap banyak tenaga kerja, di sinilah mata rantai perekonomian tercipta.

Dan Kediri adalah kota serta kabupaten dengan jumlah tenaga kerja terbesar di sektor ini. Sekaligus penerima bantuan cukai dalam pendapatan daerah mereka.   

Sebagai perusahaan rokok terbesar di Indonesia, PT Gudang Garam Tbk memilih tetap mempertahankan penggunaan tenaga manusia sebagai pekerjanya. Sementara banyak perusahaan rokok lain yang mulai mengalihkan beban produksinya ke mesin (mekanisasi), dengan hasil lebih besar dan murah.

Bagi Gudang Garam, bisnis bukanlah satu-satunya tujuan. Mata rantai perekonomian rakyat harus tetap diutamakan.

Bagaimana nasib petani tembakau jika tak bisa menjual hasil panen? Bagaimana nasib pekerja jika pabrik berhenti? Bagaimana nasib pedagang jika rokok tak lagi ada? Dan bagaimana nasib penikmat rokok jika harus menghisap cairan kimia vapoor?

Jauh di luar itu, mari kita tengok kontribusi perusahaan rokok yang menyumbang Rp 153 Triliun kepada kas negara tiap tahun.

Dana itulah yang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membiayai program negara di bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan sebagainya. Dalam hal ini jelas, Pendukung Rokok dan Antirokok Dapat Dana Sama Besar.

Ironisnya, besarnya kontribusi industri rokok pada negara dan masyarakat itu tak mengurangi tekanan untuk menggulung pabrik rokok di Indonesia.

Kelompok anti rokok yang kerap bersembunyi di balik isu kesehatan terus mengkampanyekan penutupan pabrik rokok. Terakhir, kelompok ini mendesak pemerintah untuk menaikkan harga jual rokok agar tak bisa dibeli masyarakat.

“Jika harga rokok mahal, tak ada lagi yang bisa membeli. Akhirnya masyarakat akan berhenti merokok dan menjadi sehat,” begini asumsi mereka.

Mereka tak menyadari jika rokok adalah rekreasi sederhana. Ada orang yang berhasil menemukan ide cemerlang setelah merokok. Ada orang yang berhasil keluar dari kegelisahan dengan merokok. Rokok jadi saluran ungkapan emosi banyak orang.

Alhasil, jika rokok mahal, maka rekreasi paling sederhana yang selama ini dinikmati masyarakat akan terenggut. (SangSurya)


Minggu, 26 Januari 2020

Rokok Sumber Penghidupan Dan Rekreasi Sederhana
OPINI
      Berita Nasional :

       Berita Daerah