"Hendaknya jangan terus menerus masalah patung ini menjadi polemik. Masing-masing pihak tentunya akan menilai dengan kaca mata yang berbeda. Kami kira tidak perlu diperpanjang lagi urusan patung itu," kata Karo Humas Pemprov Riau, Chairul Riski, Jumat (27/01/2012). Riski menyebut, pembangunan patung itu dikerjakan Dinas PU Provinsi Riau. Dananya diperkirakan sebesar Rp 4 miliar. Dana itu sudah termasuk untuk membangun kolam yang melingkar di bawah tugu tersebut.
"Tidak ada masalah dalam pembangunan proyek tersebut. Mohon maaf saya kurang tahu, patung itu terbuat dari apa, nanti kita cek ke Dinas PU Riau," kata Riski. Menurut Riski, masalah patung hendaknya tidak perlu dibesar-besarkan. Pembangunan patung itu semata-mata hanya untuk memperindah kota, tanpa bermaksud bertujuan yang lain.
"Tidaklah benar, sampai disebut-sebut patung itu erotis dan bahenol segala. Kalau ada yang menyebut demikian, itu agaknya terlalu berlebihan dan mengada-ngada. Kami mengharapkan sekali, semua pihak untuk tidak saling silang komentar atas pembangunan tugu tersebut," kata Riski.
Hal senada juga disampaikan Direktur Ruang Publik Riau, Raysah. Menurutnya, keberadaan patung tersebut masih jauh lebih menarik ketimbang tugu pesawat yang sebelumnya terpajang di lokasi itu.
"Mengapa harus diributkan. Saya malah melihat patung itu masih lebih bagus lagi ketimbang tugu pesawat. Malah patung itu tampak keren dan menambah keindahan kota Pekanbaru, tentunya terlepas dari sudut pandang kita yang berbeda pula," kata Bung Ray begitu sapaan akrabnya.
"Kenapa harus diributkan karya seni itu? Saya berfikir, patung itu hanya sebuah karya seni yang patut kita harga juga karya anak bangsa. Kalaupun ternyata ada sudut pandang yang lain, bagi saya, patung itu memiliki karya seni yang cukup tinggi. Lagi pula, ini bukan patung berbentuk manusia yang pertama di Pekanbaru. Dan dari sekian banyak patung yang ada, malah karya seninya patung yang menari itu masih lebih bagus,” kata Bung Ray.
Sebelumnya, tokoh Budayaan Riau, eddy Akhmad RM menyebut, petung itu tidak sesuai dengan kebudayaan Melayu yang indentik dengan Islam. Malah dengan tegas, Eddy RM minta patung itu dirobohkan saja. MUI Pekanbaru juga turut andil mengomentari patung tersebut. Dilai patung itu tidaklah sejalan dengan misi Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu. Apa lagi kalau dilihat dari sudut pandang agama Islam.
Bukan Salah Patung 'Bahenol', Tapi Salah Orang yang Berpikir Porno
Seteru Patung Tari Rakyat di Pekanbaru, Riau apakah pantas atau tidak pantas terus mengalir. Padahal, tidak ada Patung 'Bahenol' tetapi yang ada adalah pemikiran porno dalam menilai sebuah karya seni.
"Kalau melihatnya 'bahenol' atau pornografi itu ya pikiran orang yang melihat yang porno. Padahal itu karya seni," kata sejarawan Asvi Warman Adam, Sabtu, (28/1/2012).
Sebagai karya seni, seharusnya masyarakat menyerahkan penilaian kepada seniman yang memahami seni. Sehingga tidak menghakimi apakah karya seni itu porno atau tidak.
"Kita harus menghargai karya seni, menghargai keindahan. Jangan pakai pikiran yang jorok dalam melihat karya seni," terang Asvi. Jika yang terjadi demikian, maka Indonesia layaknya masa Orde Baru di zaman Soeharto. Masa itu, nyaris tidak ada pembangunan monumental kecuali Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
"Padahal pada masa Soekarno, banyak dibangun patung yang membangkitkan semangat kebangsaan. Seperti Patung Perjuangan Irian Barat, Patung Selamat Datang dan Patung Dirgantara," beber Asvi.
Kemunduran ini karena alasan idiologis agama tertentu. Yang menilai patung sebagai simbol berhala yang pernah dihancurkan oleh nabi yang mereka yakini pada waktu lampau. "Nuansa idiologinya agak kental disini," ungkap Asvi menyudahi pembicaraan.
Seperti diketahui, patung penari yang berada tepat di jantung kota Pekanbaru, Riau, masih menuai kontroversi publik hingga hari ini. Patung yang baru sebulan nangkring, menampilkan dua sosok pria dan wanita yang tengah menari. Sang pria mengenakan peci berada di posisi atas. Sedangkan patung wanita posisi di bawah dengan tubuh yang melentik. Melintiknya badan patung ini, membuat posisi bokongnya menjadi "bahenol". Bokong patung yang terlihat montok itu, mengarah ke Kantor Gubernur Riau.
Nama patung itu juga menjadi perdebatan. Semula dinamai tugu zapin, sebuah tarian khas Melayu Riau. Tapi rupanya, tugu zapin yang disebut ini pun menuai kritikan. Alasannya, tarian zapin tidaklah sama dengan bentuk patung yang menari itu. Lalu diganti tugu Titik Nol. Tapi dikritik juga karena posisinya tidak di titik nol Pekanbaru. Lantas nama tugu berubah menjadi Tarian Rakyat. (detikcom))